Drama Korea – Sinopsis Mine Episode 10 Part 1, Recap bab spoiler-spoilernya ada pada tulisan yang ini. Untuk cari pribadi ke bab Episode Sebelumnya ada disini.
IBU YANG SEBENARNYA
Hiso sedang duduk di bawah pohon. Ji Young tiba dengan menggandeng seorang anak lelaki menghampirinya. Kamu niscaya Hajoon. Nggak tahu kenapa Hajun pribadi memeluknya sambil senyum. Kenapa anak semanis ini hingga ditelantarkan?
Hiso yang sedang menyaksikan foto keluarganya teringat ingatan itu. Ibu…nggak akan sanggup dipisahkan darimu. Ia kemudian bangkit.
Hiso tiba ke wilayah Hyejin. Ia menekan bel namun nggak ada yang membukakan. Karena itulah ia nelpon Hyejin namun ponsel Hyejin ada di dalam. Ia pribadi berpikir kalo Ji Young ada di dalam dan memanggilnya.
Hyejin mempergunakan dikala Ji Young lengah dan menggigit tangannya. Di luar Hiso terus memanggilnya. Akhirnya Hyejin sanggup keluar. Keadaannya berantakan banget.
Hiso menawan Ji Young dan membawanya ke dalam. Apa yang kau lakukan? Kamu pikir hidup semudah itu? Kalo kau terus mencampakkan dikala nggak butuh, apa dunia akan terus membisu begitu saja? Kamu nggak berhak menghakimi perempuan itu. Dia dan saya yakni korbanmu di sini. Hanya saya saja yang sanggup menyerang perempuan itu. Jadi, jangan pernah menjamah dia.
Ji Young cuma diam. Bahkan dikala Hiso pergi ia juga cuma sanggup diam.
Ji Young masuk mobil. Ia yang merasa sungguh murka menjajal untuk meredam amarahnya. Ponselnya bunyi. Dari orang suruhannya yang beliau suruh menyelediki wacana orang yang meninggal dikala bertarung sebelumnya.
Dia sudah ke tempat tinggal sakit dan beliau belum meninggal. Ji Young nampak lega sekaligus murka lantaran sudah dibohongi.
Ji Young tiba ke wilayah itu. Nggak menyerupai biasa. Kali ini beliau masuk ke dalam wilayah bertarung dan menemui orang itu. Kakak yang memukuli adiknya hingga luka parah. Dari mana kau tahu siapa aku? Tanya Ji Young. Aku mesti tahu siapa yang membunuh adikku. Jawab orang itu.
Kakak yang hebat. Puji Ji Young. Kalo gitu, pukul beliau perlahan. Apa kau kesal dengan adikmu? Tanya Ji Young. Kamu yang membunuhnya. Kata orang itu. Ji Young nggak mau mengakuinya. Apa saya yang memukul? Kamu yang memukuli dia. Meski sungguh mengharapkan uang, kau semestinya berhenti. Apa kau budak uang?
Orang itu murka dan menyerang Ji Young namun ia bukan tandingannya. Ji Young sukses melawan dan puncaknya menodongkan senjata ke kepalanya. Dan menjatuhkannya.
Kamu pikir saya gampangan? Jika tahu aku, kau niscaya juga tahu apa yang sanggup kulakukan. Orang-orang rendahan sepertimu nggak pernah tahu duduk kendala sepenuhnya. Dasar alat nggak berguna. Dengar, apa kau pikir saya akan melaksanakan ini tanpa tahu seluruh latar belakang kalian? Kupilih bangsat menyerupai kalian yang patut dihajar agar lebih lezat kutonton!Kamu dipenjara sepuluh tahun lantaran membunuh dan mencuri. Apa kau rindu penjara?
Ji Young mendekat. Kenapa kau menyampaikan orang yang masih hidup sudah mati? Tanya Ji Young. Dia sedang sekarat. Dia sama saja menyerupai orang mati! Kata lelaki itu. Kamu nggak boleh menghasilkan orang yang masih hidup menjadi mati. Nggak boleh sama sekali.
Pria itu nangis dan memohon pada Ji Young. Selamatkan adikku. Ji Young nggak bisa. Aku nggak sanggup melaksanakan itu. Tuhan saja yang bisa.
Dengan sombongnya Ji Young melempar duit ke orang itu dan menumpahkan seluruhnya padanya. Ia keluar dari sana dan sanggup telpon dari dokter yang ngasih kabar. Benarkah?
Jinho ada di ruang diam-diam ayah. Ia menyaksikan foto-foto lelaki yang ada di ponsel 2G punya Ji Young. Penasaran banget siapa sebenarnya mereka.
Kepala Joo tahu-tahu manggil dan menyuruhnya untuk secepatnya keluar. Kode merah. Jinho yang nggak tahu apa yang terjadi merasa kesal.
Ibu juga kesal dengan bangunnya ayah. Dia sudah menulis wasiatnya. Kenapa bangun kembali? Wasiatnya sia-sia. Dokter bilang Ibu yang menyelamatkan Ayah. Kata Jinho. Ibu juga jadi bingung.
Jinhee sama Jungdo yang mau pergi juga membicarakan wacana wasiat ayah. Ayahmu sudah sadar. Bagaimana surat wasiatnya? Semua kembali ke semula, bukan? Kata Jungdo. Jinhee malah menjadikannya argumentasi agar mereka juga sanggup kembali dari semula.
Jungdo nggak mau. Nuna, Kita nggak punya titik mula. Kata Jungdo. Ingatlah dikala pertama kau melihatku. Kamu menyukaiku pada persepsi pertama. Ungkit Jinhee. Jungdo membantahnya. Jangan membalikkan masa lalu. Justru kau yang mengejarku. Pokoknya, kalo kau nggak menuntut cerai hingga simpulan pekan ini, saya yang hendak pergi.
Jinhee nggak mau. Daripada bercerai, saya lebih baik membunuhmu! Teriaknya ke Jungdo yang sudah jalan duluan.
Hiso yang ada di jalan juga sanggup kabar kalo ayah sudah sadar.
Pak Kim dan kepala Joo membersihkan ruang diam-diam ayah. Mereka mesti merapikannya menyerupai semula lantaran ayah sudah sadar. Kepala Joo mengiyakan. Tapi beliau mesti tetap di rumah sakit. Dan Bu Yang sudah tahu ruangan ini. Direktur nggak akan sanggup kemari.
Karena diam-diam terbongkar, Direktur niscaya nggak sanggup macam-macam. Pikir pak Kim. Kepala Joo pribadi menatapnya. Kamu memacari Kyeonghye? Pak Kim membantahnya. Kami nggak berpacaran, cuma kawan akrab saja.
Kepala Joo nggak percaya. Kalian kawan dekat, namun sanggup mencuri kalung bersama? Makanya kami sanggup beraksi bersama. Kata pak Kim. Tipeku yakni perempuan yang jujur…dengan prinsip yang kuat.
Kukira kau penyuka sesama jenis. Sindir Kepala Joo. Kenapa kau berpikir begitu? Tanya pak Kim. Kepala Joo nggak punya argumentasi khusus. Aku cuma merasa begitu darimu.
Bukan saya penyuka sesama jenis di sini, melainkan orang lain. Ungkap pak Kim. Aku bermulut rapat sehingga nggak sanggup memberitahumu. Kalau begitu membisu saja. Putus kepala Joo.
Lah katanya bermulut rapat namun Pak Kim tetap ngasih tahu juga. Pak Han Ji Young…seorang gay. Kepala Joo menganggapnya selaku omong kosong. Bagaimana mungkin seorang gay punya dua wanita… . Sudahlah. Untuk apa saya bicara denganmu?
Pak Kim malah jadi penasaran. Dua wanita? Siapa? Apa kamu… . Kepala Joo menyudahi. Mau minum denganku? Tawar pak Kim. Akan kuracik minuman enak. Kepala Joo nggak mau. Kamu sudah gila? Diam. Tutup mulutmu saja.
Para pramusaji yang sedang berendam sambil bercanda menyaksikan burung merak ibu melayang di langit.
Dokter sedang meriksa keadaan mata ayah. Ayah sanggup meespon gerakan. Bagus sekali. Suhu dan tensinya normal. Pak, sanggup coba kepalkan tanganmu? Ayah melaksanakan apa yang dibilang dokter. Benar. Lebih erat lagi.
Setelahnya dokter menemui pihak keluarga yang sudah menunggu. Walau beliau sudah siuman, kita mesti terus mengawasinya. Gerak pupil terlihat baik. Suhu dan tensinya terhitung normal.
Dokter kemudian menyaksikan ibu. Bu, kau sudah menyelamatkannya. Semuanya pribadi menyaksikan ibu dan menjadikannya nggak nyaman. Kaprikornus sebelumnya dokter menyaksikan video CCTV dikala ibu ngamuk ke ayah. Dia mau menyelamatkannya atau membunuhnya? Komentar dokter yang menyaksikannya.
Jinho meriksa dada ayah. Kenapa ada lebam di badan Ayah? Tanyanya penasaran. Ayah pribadi menyaksikan Ibu.
Semuanya pulang. Di jalan Hiso dapay kabar kalo tanggal sidang sudah keluar. Aku akan mengunjungimu sekarang. Kata Hiso.
Pengacara Hiso (lupa namanya) menanyakan argumentasi Hiso memilihnya. Hiso sendiri sedang menyaksikan data wacana pengacara yang Hyejin pilih. Pengacara yang memihaknyamemiliki latar belakang yang fantastis. Dia kondang selaku pengacara gila. Ada hukum nggak tertulis mengenakan kemeja putih dan dasi dikala menghadiri persidangan, namun beliau mengenakan hanbok cuma untuk menghasilkan hakim kesal.
Hiso menaruh dokumen itu dan tersenyum. Orang absurd mesti dilawan dengan orang gila. Aku tahu alasanmu dipecat dari tim legal Grup Hyowon. Kamu mendukung serikat pekerja dikala ada bencana di Kimia Hyowon. Kamu menganjurkan memberi ganti rugi
kepada korban.
Pengacara membantahnya. Itu cuma argumentasi tertulis. Sebenarnya, Direktur juga ingin melaksanakan itu. Bukan tim legal yang memecatku, melainkan Han Ji Young. Entah apakah saya boleh menyampaikan ini.
Katakan saja. Suruh Hiso. Pengacara itu pun menyampaikan yang sebenarnya Ini terjadi lantaran saya menolak menolong pembersihan duit Han Ji Young. Hiso kian ingin tahu. Ceritakan lagi.
Ji Young sanggup laporan dari orangnya. Pak, saya menyelediki biodata pengacara yang dihubungi Bu Seo. Siapa dia? Tanya Ji Young. Pengacara Hwang Bo-in. Jawab orang itu. Dia dipecat dari tim legal kita sekitar tahun lalu. Siapa katamu? Tanya Ji Young. Lah nggak denger apa ya…
Hyejin menyaksikan lehernya yang habis dicekik sama Ji Young di kaca. Han Ji Young. Aku akan membuatmu menyesal alasannya sudah menyerangku.
Ayah nggak sanggup tidur. Seseorang mengetuk pintu dan masuk. Ayah mengenalinya Seolhwa? Dia yakni suster Emma. Ia menggenggam tangan ayah dan membenarkan kalo beliau Seolhwa.
Ibu senang banget Nodeok sudah kembali dan melihatnya bareng Jungdo dan Jinho. Apa ia tahu rumahnya sendiri? Tanya ibu. Jungdo menyaksikan sesuatu lainnya dari Nodeok. Aku percaya ada perpanjangan neokorteks dalam otak burung merak ini. Kita mesti melaporkannya ke Science.
Jinho juga merasa heran. Bagaimana sanggup burung merak kembali sehabis pergi begitu saja? Bahkan di hari Ayah siuman. Ibu jadi teroengaruh dan memperhatikan Nodeok dengan senter ponselnya. Ini bukan Nodeok. Ia punya rahang yang sedikit berlainan dengan Nodeok. Aku tahu jelas. Bagian paruh serta area matanya. Semua terlihat berbeda. Ia bukan Nodeok. Pasti bukan ia.
Lalu apa ini? Ia masuk dan berpura-pura menjadi Nodeok dengan identitas palsu? Tanya Jinho. Semuanya melongo dan saling tatap.
Seohyun pulang. Ingat dikala Suzy Choi menahan tangannya. Apa kau bahagia? Hhh
Jinho tidur di ruang diam-diam ayah. Alarm ponselnya suara namun beliau nggak juga bangun.
Ji Young juga gres bangun dan mendapati Hiso nggak ada di sampingnya. Ia bangun dan mencati Hiso di kamarnya Hajun namun beliau juga nggak ada di sana. Ia kemudian ketemu Yuyeon dan menanyakan Hiso.
Dia pergi keluar bareng Hajun. Jawab Yuyeon. Aku nggak tahu terang tujuan mereka, Pak. Kim Yuyeon. Bukankah kau yang sementara menjadi guru les Hajun? Yuyeon membenarkan. Lapor kepadaku setiap ada yang menenteng Hajun. Meskipun ibunya sendiri. Yuyeon mengiyakan.
Jinho nyuruh pramusaji menirukan sapi yang mengerutkan dahinya lantaran menyantap lemon yang terlalu asam. Pelayan itu beneran melakukannya. Kepala Joo menghentikannya dan menegur Jinho. Pak Han. Kamu mesti berbaring dikala sedang mabuk. Ini sikap yang nggak pantas.
Jinho secara tiba-tiba menamparnya keras. Nggak merasa puas ia mau melakukannya lagi. Seohyun secara tiba-tiba timbul dan menahan tangannya. Jinho ngomongnya kian melantur. Astaga. Siapa ini? Seseorang yang berkelas, elegan, serta mempunyai martabat yang tinggi. Dewiku. Halo, Nyonya Jung Seohyun.
Seohyun nggak mau menanggapinya. Sudah kukatakan, bukan? Kalo kau minum alkohol lagi, saya nggak akan menahan diriku lagi, bukan?
Jinho malah menantangnya. Apa yang terjadi kalo begitu? Beri tahu aku! Kamu tahu siapa aku? Aku putra pertama dari Grup Hyowon, Han Jinho! Kamu berani denganku? Seohyun pribadi menamparnya keras. Semua pramusaji terkejut melihatnya. Dasar pencandu alkohol! Maafkan aku, Kepala Joo. Kamu nggak sanggup menamparnya, jadi, saya mewakilimu, walau nggak akan membuatmu lega.
Seongtae. Bawa beliau pergi dari sini. Perintah Seohyun. Dibawa ke mana? Tanya pak Kim nggak paham. Dia mabuk-mabukan di ruangan bawah tanah, bawa saja ke sana. Ia nyuruh pramusaji lainnya untuk menolong pak Kim. Orang mabuk akan lebih mempunyai efek dari biasanya.
Semua pramusaji mengangkat badan Jinho dan membawanya ke ruang bawah tanah. Seohyun kejatap kepala Joo. Aku sungguh minta maaf. Kepala Joo mengaku nggak papa. Bukan Seohyun yang menamparnya.
Ucapan terima kasih dan maaf nggak senantiasa dibilang oleh orang yang tepat. Pasti ada seseorang yang pernah meminta maaf atas kesalahanku. Apa pipimu baik-baik saja? Tanya Seohyun sambil meriksa pipi kepala Joo. Aku akan memberimu nomor kontak. Cari Direktur Park Hyeongsang. Suruh beliau mengirim beberapa pegawainya ke tempat tinggal kita.
Kepala Joo mengiyakan. Itu nomor telepon apa? Tanyanya bingung. Pusat rehabilitasi alkohol. Jawab Seohyun. Kepala Joo kaget. Apa??
Hiso menenteng Hajun ke ruangannya yang dulu. Hajun nampak menyukainya dan mengambil salah satu naskah. Bukankah keren? Tanya Hiso. Ibu mantan aktris kondang menyerupai penyanyi rap kesukaanmu. Hajun, bagaimana kalo kita makan mi instan hari ini? Hajun setuju. Aku sudah usang ingin menjajal itu.
Mie instan sudah siap. Hiso ngasih tahu Hajun kalo mie instan paling lezat dikonsumsi di balik tutup panci. Hajun menyayangkan lantaran tutup pancinya cuma ada satu. Kalau begitu, ayo bersuten. Hanya sekali kesempatan. Jangan minta diulang.
Hiso mengiyakan. Gunting, batu, kertas! Hajun menang. Hiso mengambil mie ke tutup panci dan menampilkan nya pada Hajun. Enak? Tanya Hiso. Hajun nampak sungguh menikmatinya. Nggak disangka sanggup seenak ini.
Bersambung….
