Drama Korea – Sinopsis Mine Episode 8 Part 1, Untuk bab recap tertulis lengkap di tulisan yang ini. Apabila ingin mengenali sesuatu lain yakni recap Episode Sebelumnya ada disini.

Tangis Hiso pecah menyaksikan kandidat anaknya hilang. Ia berupaya menggapai seluruhnya berharap mudah-mudahan kembali. Seohyun menggenggam tangannya kemudian memeluknya. Ia bahkan melepas mantelnya dan memakaikannya pada Hiso. Pada Yuyeon ia suruh untuk manggil Seongtae.
Hyejin yang berdiri di belakang Hiso juga syok. Nggak nyangka kalo kejadiannya bakal kayak gini.

Hiso terjaga dan menyaksikan orang yang ada di depannya. Darah dimana-mana.

Hiso mungkin kehilangan bayinya. Ia meraba perutnya. Aku akan keluar dari Hyowon. Seohyun menghampirinya dan memperingatkan. Itu nggak akan mudah. Hiso ngerti. Aku tahu kalo itu nggak akan mudah. Namun, saya tetap akan pergi. Demi Hajun, juga aku. Aku ingin keluar tanpa terjatuh sedikit pun.
Seohyun memandang Hiso. Aku akan berada di sampingmu mudah-mudahan kau sanggup melaksanakan itu. Jangan lupa kalo saya di pihakmu. Apa yang kau mau lakukan, akan saya bantu. Hiso menahan tangisnya. Aku akan menggandeng Hajun dan melalui tembok Hyowon yang tinggi itu. Sekali lagi Seohyun meyakinkan kalo ia akan memberitahukannya…cara melewatinya.

CARA GAJAH MELEWATI PINTU
Jinho minum dengan Ji Young. Ada apa? Apa kau nggak mau turun dari posisi itu? Tanya Ji Young sinis dan menghasilkan Jinho kesal. Apa kau bilang, B#reng$ek? Apa kau menggunakanku untuk jadi pimpinan? Apa alasanmu dari permulaan membuatku duduk di posisi ini? Jawab. Desak Jinho.
Ji Young tersenyum. Kamu semestinya baik padanya. Ayah sudah mempersiapkanmu selaku pewaris dengan baik. Itu jadi lebih keras dikala saya lahir. Dia takut saya lebih andal darimu. Ayah nggak ingin itu. Karena itu saya menyelesaikan kuliah di Korea. Ayah juga yang menyuruhku kuliah hukum. Walau kesudahannya akulah yang ingin berkuliah di luar negeri.
Jinho nggak ngeh. Apa maksudmu? Ayah senantiasa membedakan saya denganmu. Bagaimana bisa? Tanya Ji Young.
Apa kau pernah dimarahi olehnya? Ayah senantiasa memujimu. Dia senantiasa mendukungmu. Dia senantiasa memukuliku dan membandingkan kita. Kata Jinho.


Ji Young mendekat Apa kau tahu? Aku sungguh iri denganmu yang dipukul. Apa? Tanya Jinho bingung. Ji Young melanjutkan. Aku ingin sekali saja dipukul oleh Ayah. Kamu mungkin nggak mengerti, tetapi hidup bebas melaksanakan apa pun yakni hak spesial. Nggak semua orang sanggup melawan orang tuanya. Anak-anak yang merasa orang renta mereka akan pergi, nggak sanggup menghasilkan masalah. Kenapa? Mereka takut kehilangan kasih sayang orang tua.
Jinho mengeluhkan apa yang Ji Young katakan. Astaga. Kalo gitu, jawab aku. Mengapa kau membuatku di posisi ini?
Ji Young menjawabnya dengan tenang. Aku berpikir mesti memberi peluang padamu. Kalo saya diangkat selaku pimpinan dikala beliau di rumah sakit, itu bukan suasana yang beliau inginkan. Itu…nggak sopan untuk orang yang membesarkanku.


Apa? Tanya Jinho nggak paham. Ji Young melanjutkan. Para direksi berkata padaku kalo mau nggak semestinya menjadi pimpinan. Punggung unta yang mesti memuat barang terlalu merunduk. Ketika Ayah bangun, beliau mesti mendapatkan suasana ini.
Jinho mendekat geram. Aku memberi peluang padamu untuk berkata jujur. Kenapa kau berbohong? Aku dengar kau membuatku duduk di posisi ini selaku ganti mudah-mudahan perempuan itu sanggup masuk ke dalam rumah kita.
Ji Young mengeluhkan perilaku ibu. Ibu betul-betul nggak sanggup menepati janjinya. Padahal berjanji nggak akan berkata terhadap siapa pun.


Ji Young berdiri dan pergi. Jinho menyusulnya dan menghentikannya. Kalo sudah mengangkatku, biarkan saya di sana hingga akhir. Kamu nggak boleh menariknya sekarang. Kamulah yang mengingkari janji.
Ji Young santai. Aku sudah menepati janjiku dengan Ibu. Menjaga posisi tersebut yakni tugasmu dan Ibu. Kamu yang nggak sanggup menjaganya.
Apa istrimu tahu soal ini? Tanya Jinho. Apa beliau tahu kalo kau membolehkan ibu kandung Hajun masuk? Kalo kau menurunkan posisiku, saya akan pribadi menginformasikan istrimu. Ancam Jinho.
Ji Young sih kayak nggak peduli. Itulah alasanmu nggak sanggup di posisi tersebut. Kalo kau yang menginformasikan dia. Apakah beliau akan percaya perkataanmu? Dia niscaya berpikir kalo kau sungguh murka alasannya posisimu direbut hingga berkata aneh. Itulah jati dirimu selama ini.

Ji Young mendekat. Kamu nggak pernah sanggup dipercayai orang lain. Kamu bahkan kehilangan diriku. Kakak nggak semestinya memperlakukan adiknya begitu. Ji Young menunjuk-nunjuk Jinho kemudian pergi.
Jinho menahannya dengan bilang; Aku…nggak ingin diturunkan. Ji Young berbalik dan kembali lagi. Benarkah? Ingin menjaga posisimu? Kalo gitu, bunuh saja aku.
Jinho cuma diam. Sedangkan Ji Young berbalik dan kembali pergi.



Seohyun murka ke ibu. Apa kau pikir Jinho sanggup terus berada di posisi itu? Apa? Tanya ibu. Seohyun melanjutkan; Kamu betul-betul dipermainkan. Apa maksudmu? Tanya ibu masih nggak paham.
Apa kau juga menyampaikan ini terhadap Hiso? Tanya Seohyun ke ibu. Ibu menjawabnya dengan takut. Aku memberitahunya. Ji Young nggak punya bukti kalo Ibu yang menginformasikan Hiso. Kata Seohyun. Ibu membantah. Tapi ia pikir Ji Young niscaya akan tahu. Hiso niscaya nggak akan tinggal diam.
Seohyun malah membentak ibu. Kalo kau mengkhawatirkan itu, kenapa tega memberitahunya? Dia sedang mengandung! Ibu menjawabnya dengan santai. Apa yang mesti saya laksanakan di saat beliau ingin diberi tahu?

Seohyun bangkit. Gemas banget sama ibu. Ibu. Belajarlah menahan mulutmu. Selain itu, kau mungkin sanggup membaca buku Sekolah Menengah Pertama kembali ihwal tata krama. Kalo kau nggak ada pekerjaan.
Ia kemudian pergi meninggalkan ibu. Ibu nggak terima dan memanggilnya. Hei! Bagaimana sanggup kau berkata menyerupai itu?

Songtae panik. Ia berada di kendaraan beroda empat Hiso. Ada darah di dingklik belakang. Ia hingga menganalisa bagasi segala. Lah malah tertangkap berair sama Kepala Joo. Dia menanyakan dari mana saja ia.
Pak Kim resah jawabnya. Sebelumnya Seohyun sudah mewanti-wanti kalo ia nggak menyaksikan dan mendengar apapun hari ini. Pak Kim bilang kalo ia ada urusan di luar sebentar. Ih kepala Joo malah penasaran. Ada urusan apa hingga memakai kendaraan beroda empat Bu Seo? Apa kau sanggup izin darinya? Pak Kim mengiyakan.
Ia kemudian sanggup panggilan dan terpaksa pergi. Habis itu kepala Joo meriksa kendaraan beroda empat dan mendapati ada darah di dingklik belakang.

Jinho sedang di jalan menuju rumah. Ingin menjaga posisimu? Kalo gitu, bunuh saja aku.


Pak Kim menghadap Seohyun. Apa kau membaca perjanjian kerja dengan baik dikala pertama melakukan pekerjaan di sini? Pak Kim terkejut ditanya begitu. Apa? Nggak juga. Maksudku, saya membacanya.
Apa yang terjadi di dalam rumah ini nggak boleh tersebar keluar sama sekali. Kamu tahu itu ada di dalam kontrak, bukan? Pak Kim mengiyakan. Seohyun mengutip nya. “Apa pun yang terjadi di wastu ini nggak boleh diartikan selaku apa pun dan kau nggak boleh mengartikannya sendiri.” Itu tertulis dalam perjanjian kerjamu. Coba baca lagi pasal itu sebelum kau tidur. Apa kau mengerti?
Pak Kim nampak kebingungan tetapi ia mengiyakan. Aku tahu kau bersusah payah di tengah para wanita. Lanjut Seohyun sambil menyediakan suatu amplop. Pak Kim mengambilnya dan berterima kasih. Seohyun kemudian menyuruhnya keluar.


Hiso habis diperiksa sama dokter ditemani Yuyeon. Setelah Dokter pergi Yuyeon mendekat. Samonim. Kamu mesti mengkonsumsi sesuatu. Apa ada yang ingin kau makan? Hiso menjawab dengan tatapan kosong. Anakku padahal sudah nggak ada, tetapi mengapa saya masih ingin makan apel merah? Aku pikir dikala itu anakku yang ingin makan apel merah. Ternyata itu cuma keinginanku saja. Yuyeon. Kembalilah ke tempat tinggal dan rawatlah Hajun.
Yuyeon mengiyakan. Aku akan merawatnya. Aku akan menenteng alat rias dan busana dalammu kemari. Hiso berterima kasih. Yuyeon pamit.

Seohyun sedang telponan dengan dkkter yang merawat Hiso. Halo. Tolong rawat adik iparku dengan baik. Aku pasti punya argumentasi membawanya kepadamu, Dokter. Tentu saja. Dokter. Aku ingin memperbesar donasiku untuk bangsal pediatri. Mari kita bahas lagi nanti. Baiklah.

Ji Young merasa nggak hening di rumah alasannya Hiso nggak ada. Ia menelponnya tetapi nggak dijawab. Ia kemudian ke kamar Hajun dan mrlihatnua sedang tidur. Teringat masa kecilnya. Dan apa yang dibilang ibunya terasa sungguh menyakitkan. Ji Young. Kamu semestinya nggak terlahir di dunia ini.

Di rumah sakit Hiso juga nggak sanggup tidur. Teringat apa yang ia bicarakan dengan Seohyun sebelumnya. Aku akan menggandeng Hajun dan melalui tembok Hyowon yang tinggi itu. Seohyun memperingatkannya. Itu nggak akan mudah. Semua orang akan berupaya membatasi langkahmu.


Yuyeon hingga rumah dan berjumpa dengan Ji Young. Di mana Hiso? Aku tak melihatnya. Tanya Ji Young. Yuyeon terpaksa berbohong. Bu Seo pergi ke tempat tinggal keluarganya. Ji Young sedikit heran. Ibu mertuaku sedang bareng adik ipar ku di San Francisco. Dia pergi ke rumahnya di dikala mertuaku nggak di sana?
Yuyeon kembali berbohong. Dia terus mengalami mual. Dia nggak sanggup tahan di rumah ini. Ji Young mau menelponnya tetapi Yuyeon menahan. Bagaimana kalo kau nggak mengganggunya sekarang? Bu Seo sedang di masa permulaan kehamilan. Perubahan hormonnya sungguh drastis dan beliau sungguh sensitif.
Berkat itu Ji Young nggak jadi nelpon. Yuyeon pun pamit.
Di dikala itulah semua orang mulai berbohong. Kebohongan yang bukan untuk diri sendiri, tetapi untuk orang lain. Kebohongan-kebohongan ini mulai tumbuh.



Yuyeon keluar dan berjumpa dengan Soyoung. Apa kau gres mau pulang? Tanya Soyoung. Hiso terus nggak sanggup dihubungi. Apa kau tahu di mana dia? Dia tak pernah menyerupai ini sama sekali. Aku jadi kalut alasannya beliau hamil.
Yuyeon resah mesti menjawab apa. Apalagi Ji Young kembali mendatanginya. Jadi, beliau pergi tanpa memberitahuku dan Soyoung, tetapi memberitahumu? Yuyeon kian bingung. Nggak tahu mesti gimana. Apa kau pikir itu masuk akal? Tanya Ji Young.
Seohyun secara tiba-tiba datang. Hiso sudah berdiskusi denganku. Kalo kau tahu, Hajun juga niscaya akan tahu. Dia ingin pergi secara diam-diam. Aku yang menganjurkan ini. Ji Young masih nggak percaya. Tanpa memberitahuku sedikit pun? Tanyanya.


Seohyun masih dengan pendiriannya. Tempatkan dirimu selaku Hiso. Kalo kau menjadi Hiso, apakah kau mau menginformasikan dirimu? Mari kita hentikan alasannya ada yang lain. Masuklah kalian. Lampu akan secepatnya dimatikan. Suruh Seohyun ke Yuyeon dan Soyoung. Keduanya pun pergi.
Tunggu hingga Hiso menghasilkan keputusan. Jangan berani bertindak sebelum dia. Diamlah menyerupai mayat. Saran Seohyun ke Ji Young. Ji Young malah tersenyum. Rupanya kau nggak takut padaku. Kalo kau terus menggertakku, entah apa yang mau kulakukan.
Seohyun santai. Aku nggak takut. Silakan saja. Ia kemudian berbalik dan pergi.

Pak Kim kembali membaca kontraknya. “Segala sesuatu yang terjadi di wastu ini nggak boleh diberitahukan ke luar.bApa pun yang terjadi di wastu ini nggak boleh diartikan selaku apa pun dan kau nggak boleh mengartikannya sendiri. “Kalo hal itu terjadi, pihak kedua mesti mengeluarkan duit pihak pertama.”
Mendadak pak Kim merasa ada seseorang di belakangnya. Ia berbalik dan terlonjak terkejut lihat Jinho. Apa? Kenapa? Tanya Jinho nggak ngerti.


Yuyeon pergi ke Cadenza dan menyaksikan Suhyuk di wilayah mereka ketemu.

Pak Kim menemani Jinho berendam. Aku tahu semuanya. Kata Jinho. Pak Kim nggak ngeh. Apa maksud Bapak? Yang kau lakukan. Lanjut Jinho. Kamu ternyata melaksanakan hal besar. Kamu mencuri berlian biru? Pak Kim jadi panik. Jinho menenangkan. Nggak perlu takut. Aku nggak akan melaporkanmu.
Itu menyusahkanku. Aku sungguh bersalah. Keluh pak Kim. Apa kau benar berpikir begitu? Tanya Jinho. Pak Kim membenarkan. Kamu kini di Rubato, bukan? Tanya Jinho. Pak Kim membenarkan. Kalo gitu, amati setiap langkah Ji Young, dan laporkan kepadaku. Perintah Jinho. Pak Kim kaget. Mengapa kau begitu kaget? Tanya Jinho.
“Segala sesuatu yang terjadi di wastu ini nggak boleh diberitahukan ke luar. Apa pun yang terjadi di wastu ini nggak boleh diartikan selaku apa pun dan kau nggak boleh mengartikannya sendiri.” Itu semua tertulis dalam perjanjian kerjaku. Apa kau memintaku untuk melanggar pasal tersebut? Tanya pak Kim. Apa saya orang luar? Tanya Jinho.


Pak Kim pikir iya. Kalo dalam pengertianku, kau memang orang luar bagi keluarga Pak Han Ji Young. Kau sungguh pintar. Puji Jinho. Pencuri ternyata sanggup bakir juga. Mencuri berlian nggak diperbolehkan dalam perjanjian kerjamu, bukan? Tapi kau melakukannya. Jangan memakai perjanjian selaku alasan. Laporkan semua gerak-gerik Ji Young padaku. Bongkar juga meja kerjanya, dan kalo kau menerima sesuatu, saya akan membayarmu besar. Apa kau mengerti? Ini yakni rahasia kita saja. Rahasia lain? Tanya Jinho. Pak Kim sendiri masih ragu.
Jinho berdiri dan memakai handuknya. Tempat ini sungguh bagus. Kata Jinho. Aku akan sering tiba kemari. Kalo saya meneleponmu, mari kita berjumpa di wilayah ini. Pak Kim mengiyakan. Jinho mengulurkan tangannya. Pak Kim menyediakan suatu kotak. Padahal Jinho minta banjunya.


Seohyun sedang ada di ruang kerjanya. Jinho tiba membawakan secangkir teh dan meletakkannya di depannya. Kamu berpikir bahwa kau menertibkan semua hal di rumah ini, bukan? Karena itu kau percaya kau tahu semua hal yang ada di sini. Apa benar begitu?
Seohyun malas dengarnya. Cepat katakan pada dasarnya sebelum tehku dingin. Jangan terlalu kaget. Pinta Jinho. Wanita yang melahirkan Hajun nggak mati dan masih hidup. Kamu kaget, bukan? Apa kau tahu di mana beliau sekarang? Seohyun menanggapinya dengan santai. Aku tahu.
Jinho kaget. Kamu sudah tahu? Mengapa kau nggak beri tahu aku? Tuntutnya. Apa saya mesti menginformasikan kepadamu, yang bahkan nggak tahu, apa yang semestinya kau pahami? Tanya Seohyun. Kalo ketimbang Ji Young, saya ini lebih polos dan terbuka. Tolong nilai saya kembali, Jung Daepyo. Bagaimana sanggup beliau membohongi semua orang selama itu? Kamu nggak punya rahasia yang nggak kuketahui, bukan? Tanya Jinho. Apa mungkin kamu…punya lelaki lain? Seohyun pribadi menatapnya dan merubah pemikirannya. Apa yang kupikirkan? Tentu saja enggak. Ia kemudian pergi dari sana.
Bersambung…