Drama Korea – Sinopsis Mine Episode 8 Part 2, Jika ingin tahu spoiler recap dari kdrama ini eksklusif baca tulisan yang ini. Namun untuk mendapatkan hal menyerupai Episode Sebelumnya ada disini.
Hiso masih terjaga. Ia mengambil ponselnya. Ada 7 panggilan nggak terjawab dari Ji Young. Habis itu Hyejin tiba dengan wajah sarat penyesalan. Hiso menatapnya tajam.
Ibu mengunjungi kandang Nodeok. Nodeok belum kembali. Ia kemudian menyaksikan Ji Young mengirim Hajun sekolah bareng Soyoung. Ayo, sapa Nenek. Suruh Ji Young ke Hajun. Ia kemudian nyuruh Soyoung untuk mengirim Hajun. Ia yang mau menjemputnya nanti.
Setelah Hajun pergi, Ji Young mau menghampiri ibu tetapi ibu pergi duluan.
Kepala Joo menolong ibu berpakaian. Kamu terlihat sungguh sesuai dengan warna ungu, Bu. Puji kepala Joo. Ji Young masuk. Kepala Joo kemudian menyadari dan keluar. Tapi beliau nggak eksklusif pergi. Malah ngupingš¤¦
Ibu nampak merasa gelisah. Apa Ibu menyampaikan omong kosong terhadap Hiso? Tanya Ji Young. Ibu membantah. Aku nggak menyampaikan apa pun kepadanya. Ini berlawanan dengan yang kau janjikan. Ungkit ibu sambil senyum. Janji apa maksudmu? Tanya Ji Young nggak paham.
Ibu mengingatkan. Kalo saya tutup mulut, kau akan menghasilkan Jinho menjadi pimpinan. Namun, bagaimana bisa kau mengerjakan hal ini dan curang kepadaku?
Seohyun datang. Kepala Joo yang tertangkap lembap eksklusif pergi.
Ji Young masih berkelit. Aku berjanji menyerupai itu terhadap Ibu? Aku sudah menyampaikan seluruhnya kepadamu hari itu. Aku nggak ingin memimpin, jadi, saya akan mendukung Jinho. Lalu kau berkata bahwa kau berterima kasih kepadaku. Aku ingin membahagiakan Ibu selama Ibu masih hidup. Namun, saya nggak bisa berbuat banyak alasannya cita-cita direksi.
Ibu terkejut banget dengarnya. Ji Young. Apa yang gres saja kau katakan? Kamu nggak boleh memperlakukanku menyerupai ini. Ji Young malah menyalahkan ibu. Ibulah yang menghasilkan orang yang masih hidup menjadi mati menyerupai itu. Namun, beliau kembali hidup dan kau niscaya merasa nggak tenteram dengan fakta tersebut. Karena kau takut kejahatanmu akan ketahuan. Kamu yang memintaku merahasiakannya dari Hiso. Ibu. Masa kemudian nggak punya kekuatan apa pun. Namun, beliau kali ini menampilkan sisi yang berbeda.
Ibu kian syok. Nggak nyangka kalo Ji Young akan menyerupai itu padanya. Mengapa kau mengerjakan itu? Tanya Ji Young. Kamu nggak perlu hingga begitu terhadap Hyejin. Kamulah yang menghasilkan orang yang masih hidup menjadi mati. Ibu! Apa kau sedang sakit?
Apa? Tanya ibu nggak paham. Coba cek apakah kau mengalami demensia. Aku akan mengundang Dokter Kim. Apa yang gres saja kau katakan? Mengapa kau memperlakukanku menyerupai ini? Ji Young! Tuntut ibu. Seohyun kemudian pergi dari sana.
Di bawah tangga Seohyun berjumpa dengan Suhyuk. Aku akan bertunangan. Ayo kita laksanakan sebelum saya berubah pikiran. Kita mesti menemui keluarganya. Atur konferensi kedua keluarga.
Seohyun nggak bilang apa-apa dan Suhyuk pun pergi.
Pak Kim masuk ke ruang kerja Ji Young menyerupai yang disuruh Jinho. Bongkar juga meja kerjanya, dan kalo kau mendapatkan sesuatu, saya akan membayarmu besar.
Dan benar. Ia mendapatkan ponsel 2G di laci meja paling bawah. Ia menyaksikan galeri di ponsel tersebut dan mendapatkan foto beberapa pria. Kaget. Tahu-tahu Ji Young datang. Pak Kim mengembalikan ponsel itu ke tempatnya semula tetapi lacinya malah nggak bisa ditutup sedang Ji Young kian dekat.
Akhirnya ia meninggalkannya dan sembunyi. Ia bahkan menggigit kain lap mudah-mudahan nggak menghasilkan suara.
Ji Young mengambil beberapa dokumen dan mendapatkan lacinya nggak menutup. Ia berupaya menutupnya tetapi nggak bisa. Akhirnya ia mengambil ponsel itu kemudian pergi. Hhhh pak Kim karenanya bisa bernafas lega.
Seohyun tiba ke wilayah Suster Emma. Apa kabar? Sapa suster Emma ramah. Aku dengar Hiso mempunyai komitmen denganmu hari ini. Jadi, saya tiba alasannya saya pikir kau ada waktu sekarang.
Suster Emma mengiyakan dan menanyakan apa ada masalah? Ini wacana Hi-soo. Apakah kau bisa pergi bersamaku sekarang? Tanya Seohyun.
Keduanya mengunjungi Hiso tetapi wilayah itu sudah kosong. Hiso nggak ada. Seohyun mau nelpon Hiso tetapi suster Emma melarang. Dia nggak akan mengangkatnya. Dia niscaya ingin sendirian saja. Seohyun pun berpikiran begitu. Mungkin kita lebih baik nggak mencarinya.
Ji Young merasa nggak hening di kantor. Ingat apa yang Yuyeon katakan. Dia terus mengalami mual. Dia nggak bisa tahan di rumah ini. Dan apa yang Seohyun katakan. Apakah kau mau menginformasikan dirimu? Jangan berani bertindak sebelum dia. Diamlah menyerupai mayat.
Nggak bisa membisu saja ia pun berdiri dan nelpon Hiso. Ternyata Hiso pulang bareng Hyejin. Ponselnya bunyi tetapi ia mengabaikannya. Ji Young kemudian menelpon Hyejin tetapi nomornya nggak aktif.
Hiso membuka tirai jendela kemudian memandang Hyejin. Kamu bisa pergi sekarang. Aku ingin sendiri. Hyejin cuma diam.
Seohyun menaiki tangga sambil telponan. Ini cuma konferensi biasa, jadi, kau nggak perlu bersiap. Keluarga bersahabat saja yang datang. Karena itu, secepatnya cari kegiatan yang tepat. Baiklah.
Ia berada di galeri. Sekretarisnya menghampirinya. Bu, mereka sudah datang. Haruskah kuantar ke ruanganmu? Seohyun mengangguk mengiyakan.
Seohyun duduk di ruangannya. Nggak usang kemudian datanglah seorang perempuan bareng seorang anak laki-laki. Kayaknya beliau anak autis yang melukis gajah kejepit pintu.
Para pramusaji jalan sambil menggerutu. Ada apa ini sebenarnya? Untuk apa beliau punya kamar mandi cantik begitu? Kenapa beliau memakai ruang mandi umum? Benar! Ini padahal hari kita mandi bersama. Dia hidup terlalu usang selaku manusia. Namun, mengapa Seongtae ada di sana? Apa yang dua lelaki lakukan di ruang mandi?
Oh, rupanya mereka menggerutui Jinho yang memakai ruang mandi mereka. Pak Kim menanti di dekatnya. Apa kau sudah mendapat sesuatu? Tanya Jinho. Kasihan dia. Jawab Pak Kim.
Kalo enggak, mengapa kau membiarkan saya dimaki untuk temukan situasi menyerupai ini? Tanya Jinho. Ini nggak masuk akal. Pikir pak Kim. Jinho nggak ngeh. Ada apa sebenarnya? Tanyanya penasaran.
Pak Kim risau jawabnya. Pak Han Ji Young… ternyata seorang gay. Jinho kaget. Apa? Dia gay. Dia niscaya sungguh menderita. Apa yang kau katakan? Tanya Jinho. Dia punya ponsel diam-diam di meja kerjanya. Di dalam sana saya mendapatkan banyak foto lelaki kekar dan berotot. Foto-foto… Dih sulit bilangnya. Jinho bangkit. Pak Kim menutup matanya.
Seohyun duduk bareng ibu dan anak autis yang melukis gajah. Ia tersenyum memandang mereka. Aku menyaksikan lukisan gajah yang beliau buat di Galeri Hawon. Karena tersentuh, saya membelinya. Ibu anak itu berterima kasih alasannya Seohyun menyukainya.
Dia punya bakat dan cara pandang yang berbeda. Kata Seohyun. Aku ingin mendukungnya selaku seorang pelukis. Agar beliau bisa berkreasi dengan baik, kami berpikir untuk menolong dari sisi finansial, serta bazar khusus.
Anakku sungguh-sungguh sungguh beruntung. Ungkap sang ibu sambil menepuk kaki anaknya. Seohyun melanjutkan pendapatnya. Dia punya lebih banyak bakat ketimbang keberuntungan. Kepolosan dalam seni ialah tren yang timbul belakangan. Namun, beliau punya cara pandang yang dalam. Begitu rupanya. Gajah yang terjebak di pintu sempit. Bagaimana gajah tersebut bisa keluar dari pintu sempit itu?
Anak itu nampak kebingungan. Aku memintamu melukisnya bukan selaku eksekutif galeri, tetapi selaku seorang individu. Aku akan membelinya semahal mungkin. Berapa banyak waktu yang dapat saya berikan untukmu, Pelukis Muda?
Ji Young mendapat pesan dari Hiso. Aku sedang di rumah Ibu. Aku terlalu mual dan nggak bisa menahannya. Anakku baik-baik saja, bukan? Tanya Ji Young. Hiso mengiyakan. Dia baik-baik saja. Berapa usang kau akan di sana? Tanya Ji Young lagi.
Anak itu mengangkat jari telunjuknya. Satu pekan. Pada dikala yang serupa Hiso juga menjawab satu pekan.
Hiso masuk ke ruangan lamanya. Ia menghampiri beberapa penghargaan yang pernah didapatkannya. Di bawahnya ada naskah drama dan film yang pernah ia mainkan. Ia mengambil salah satunya kemudian duduk dan membacanya.
Film pertama Seo Hiso. Her Dazzling Winter Days. Ada beberapa catatan di dalamnya. Fokus pada emosi Jeong Eun. Ini bab yang penting. Jangan berteriak.
Ia mengucapkan dialognya. “Aku bukanlah diriku yang dulu. Aku sudah tahu seluruhnya sekarang. Bagaimana mungkin saya bisa menyerupai dulu?”
Hyejin merencanakan sup rumput laut. Hiso keluar. Melihat itu ia jadi mau masuk lagi. Hyejin menahannya. Mereka berkata kau mesti mengkonsumsi sup rumput laut.
Hiso kesal padanya. Apa saya gres melahirkan? Aku gres kehilangan anakku. Apa hakku untuk makan ini dan apa hakmu menyuruhku mengkonsumsi itu?
Hyejin nampak sungguh sedih melihatnya. Nggak ada yang dapat kau panggil, bukan? Kamu juga tak mau menampilkan ini ke siapa pun, bukan? Kedua perempuan itu sama sedihnya. Hiso mrnarik tangannya dan kembali masuk.
SATU PEKAN KEMUDIAN
Seohyun sedang berada di pameran. Ia tersenyum menyaksikan dingklik yang rusak gegara didudukin sama anak perempuan yang waktu itu. Sekretarisnya menghampirinya. Jung Daepyunim. Suzy Choi berkata beliau ingin sekali berjumpa denganmu. Dia akan memberi lukisannya kalo beliau bisa mengatakan denganmu.
Nggak disangka Seohyun kini menolaknya. Katakan saya nggak bisa. Coba cari pelukis yang lain. Dia kelihatannya tak cocok. Sekretarisnya mengiyakan dan pamit.
Hyejin berdiri di Padang rumput dengan memakai topi hitam lebar.
Hiso karenanya pulang. Kyunghyee sedang menyiram flora di luar dan menyapanya. Soyoung dan Yuyeon juga menyambutnya. Ji Young tersenyum padanya dari atas.
Hajun keluar dan menghambur dalam pelukannya. Apa kau baik-baik saja, Sayang? Tanya Hiso. Ibu, saya merindukanmu. Ungkap Hajun. Aku juga merindukanmu. Jawab Hiso. Hajun melepaskan pelukannya dan memandang sang ibu. Apa adikku…baik-baik saja?
Hiso nggak menjawabnya. Aku akan mengolah makanan galbi jjim untukmu. Ibu memang hebat! Puji Hajun.
Ji Young turun dan memeluknya. Aku sungguh merindukanmu. Hiso memaksakan senyumnya tanpa Ji Young tahu dan mengaku juga. Nggak usang ia melepaskan pelukannya. Soyoung, tolong bawakan saya apel merah. Bukankah saya minta dibelikan?
Soyoung mengiyakan dan akan mengambilkannya. Ji Young nampak mencemaskan Hiso. Apa kau masih saja mual? Kamu terus ingin makan apel merah. Apa anak kita perempuan? Hiso tersenyum. Mungkin saja. Ayo kita masuk.
Hiso duduk. Soyoung menghampirinya. Hiso, penata busana sudah datang. Dia bilang, busana hamilmu sudah jadi.
Mereka berpindah ke ruangan lain. Penata busana menampilkan busana yang dibawanya. Kubawa busana yang kita buat dari ukuranmu pada hari itu. Hiso mengiyakan dan akan mencobanya. Penata busana menyampaikan untuk membantunya tetapi Hiso menolak dan menyuruhnya pergi.
Hiso bengong memandang semua baju itu. Hajun menghampirinya dan memberinya sebutir apel merah. Ia mengambilnya dan memakannya sarat haru. Hajun memeluknya dan ia pun nangis.
Wanita itu pun yakni gajah yang terjebak di dalam pintu yang sempit. Wanita itu mesti merusak pintu yang ada di depannya. Namun, anak gajah nggak boleh terluka pada proses tersebut.
Jinho berkumpul dengan Jinhee dan ibu. Ketiganya mempertimbangkan wacana Ji Young. Para direksi akan rapat besok. Kata Jinho. Rapat semestinya terjadi pekan lalu, tetapi Ji Young mengundurnya. Lanjut Jinhee. Mungkin beliau menanti Hiso kembali untuk berpesta dengannya. Pikir ibu.
Kita tidak mempunyai cara apa pun untuk membalikkan langit, bukan? Tanya Jinho. Mendadak Jinhee punya ide. Keluarga tunangan Suhyuk. Kalo mereka bisa menolong kita, Ji Young nggak akan mendapat bunyi mayoritas. Walau jadi pimpinan, kita bisa hentikan beliau menjadi direktur.
Jinho cuma diam. Hhh Jinhee jadi kesal padanya. Apakah kau nggak bisa mempergunakan anakmu sama sekali? Suhyuk bahkan lebih menyimak Ji Young ketimbang ayahnya. Kemampuan apa yang tolong-menolong dimiliki Ji Young?
Mereka nggak tahu Ji Young yang asli. Aku menyerupai memelihara suatu monster. Dia bukan manusia. Aku nggak menyangka beliau bisa mengerjakan hal itu padaku. Keluh ibu. Jinhee sama sekali nggak paham. Apa maksudmu? Tanya Jinhee. Tolong beri tahu saya juga. Pinta Jinhee juga ke Jinho.
Akhirnya Jinho memberitahunya. Guru les Hajun…adalah ibu kandungnya. Jinhee kaget. Siapa yang izinkan beliau masuk? Tanyanya. Ji Young yang mengizinkan. Jawab Jinho. Jinhee kian kaget. Apa? Apa Hiso tahu?
Jinho menjawab enggak tetapi ibu menjawab tahu. Kali ini Jinho sama Jinhee sama-sama kaget. Hiso sudah tahu semuanya.
Ji Young berada di kamarnya. Ia memandang bayangannya di cermin. Teringat senyuman Hiso dikala melihatnya waktu pulang tadi. Tampak kecemasan di wajah Ji Young.
Pak Kim mengirim Jinhee pulang. Ia terus saja ngedumel sepanjang jalan. Nggak masuk akal. Bagaimana bisa itu terjadi? Dua perempuan dalam satu rumah?
Kenapa kau nggak menenteng mobilmu hari ini? Tanya pak Kim. Apa kau nggak ingat saya dihentikan ke Cadenza? Ungkit Jinhee. Mobilku dihentikan di depan gerbang. Namun, bagaimana kau bisa masuk? Tanya pak Kim lagi. Jinhee memandang pak Kim sinis. Apa urusanmu? Pak Kim membenarkan.
Jinhee merasa kalo itu menakutkan. Manusia memang paling menakutkan. Pak Kim membenarkan lagi.
Kepala Joo tiba ke wilayah diam-diam ayah. Nggak nyangka. Dia sungguh-sungguh menghasilkan kafe di sini. Astaga. Tiba-tiba Jinho timbul di balik rak. Kepala Joo kaget. Bagaimana kau bisa masuk dari sana? Tanyanya bingung. Ada pintu masuk di belakang rak itu. Jawab Jinho. Kalo terus berjalan, kau akan hingga wilayah parkir. Hebat, bukan?
Wah kepala Joo takjub banget. Melihat wilayah tersembunyi Ayah yang menyerupai ini, Ji Young sungguh-sungguh sama menyerupai dia. Puji Jinho. Apa saya boleh keluar dari pintu tersebut? Tanya kepala Joo. Jinho bilang enggak. Pintu itu cuma boleh digunakan olehku. Kamu bisa gunakan pintu yang biasa.
Kamu ingin saya ke sini lagi, Pak? Tanya kepala Joo. Jinho mengiyakan. Kamu mesti membersihkan wilayah ini. Jinho kemudian mengambil minum dan mencicipinya menyerupai sedang adegan iklan.
Suster Emma pulang. Sesampainya di kamarnya ia melepas kerudungnya kemudian membuka lemari di bawah kitab. Ia memasukkan sesuatu ke sana. Kayaknya uang. Wah, ada banyak tas mahal di dalamnya.
Bersambung….
