Drama Korea – Sinopsis Mine Episode 9 Part 1, Apabila ingin tahu daftar lengkapnya Kalian sanggup cek di tulisan yang ini. Untuk memperoleh full episode part dari Episode Sebelumnya ada disini.
Hajun berada di suatu pemakaman dengan kalung tapal kuda. Dia nangis. Hiso yang terjatuh syok menyaksikan orang di hadapannya sarat darah. Dan orang itu yakni Ji Young.
Kematian…nggak terelakkan.
Ji Young nangis di mobil. Ingat apa yang ibu bilang padanya ketika masih kecil. Kamu semestinya tak terlahir di dunia ini. Tapi ayah membantah. Kamu juga anakku.
Di rumah sakit ayah juga memimpikan masa lalunya. Pak Han. Aku sedang mengandung bayi dari lelaki lain. Kata ibu Ji Young. Besarkan bayinya menyerupai anakku sendiri. Nggak ada yang perlu tahu. Hanya kita saja yang tahu. Putus ayah.
Ji Young berupaya untuk menawan Hyejin dan mengajaknya bicara di luar tetapi Hyejin menolak. Hiso secara tiba-tiba datang. Sepertinya Hiso juga mesti tahu. Kata Seohyun. Ji Young menghampiri Hiso. Maafkan aku, Hiso. Kamu nggak usah ada di sini. Kamu nggak boleh stres. Akan kuurus.
Hiso merasa nggak papa. Aku juga mesti tahu apa yang terjadi. Mengapa kau kemari? Tanya Hiso ke Hyejin. Aku tiba mencari Hajun. Dia yakni anakku. Jawab Hyejin. Ji Young membantahnya. Apa kau sudah gila? Bagaimana sanggup ia anakmu?
Hyejin membentaknya. Dia anakku! Ayah sepertimu dan ibu palsu. Enyahlah kalian semua. Ji Young menghampiri Hyejin dan berupaya menariknya agar mau keluar. Mendadak Hiso berteriak marah. Ia menghampiri keduanya dan menawan Ji Young.
Jangan macam-macam denganku. Siapa pun yang menjajal merebut milikku akan kubunuh. Ancam Hiso sambil memandang murka ke Hyejin. Ji Young memamerkan tas Hyejin kemudian membawanya keluar. Hiso terduduk lemas setelahnya.
Ji Young melepaskan Hyejin di depan pintu masuk. Aku semestinya membunuhmu ketika itu. Sesalnya. Jinho pulang dan menyaksikan mereka. Hyejin pergi. Jinho tersenyum pada Ji Young. Ji Young mengabaikannya dan pergi.
Hiso menjajal untuk hening ditemani Seohyun. Bukankah semestinya ada rapat keluarga? Tanya Hiso. Kita mesti melindungi Hajun. Seohyun kemudian sanggup telpon dari pengacara ayah. Surat wasiat ayah akan dibacakan.
Ibu membaca surat wasiat ayah untuknya. Aku memang bukan suami yang baik. Supaya kau menikmati sisa hidupmu, saya memberimu wastu di Seongbuk-song dan tanah di kampung halamanku. “Kalo kau memegang saham perusahaan, hidupmu akan mengenaskan dan menderita.” Ibu murka dan merobek-robeknya. Dasar lelaki bau tanah gila!
Untuk putra tertuaku, Han Jinho. Seumur hidupku, saya mengajarimu cara menjalankan perusahaan dengan menyerahkanmu hotel kita. Namun, saya merasa bersalah sebab nggak sanggup membaca kemauanmu. Supaya sanggup tahu kemauanmu sebenarnya, kusarankan kau ikuti pendidikan master. Aku akan terus membiayai duit kuliahmu hingga lulus nanti.
Untuk menantu tertuaku, Jung Seohyun. Sebagai menantu tertua di keluarga, kau sudah bertanggung jawab dan mempertahankan martabatmu. Aku akan memberimu semua sahamku di Elektronik Hyowon dan menunjukmu selaku pimpinan Hyowon E&M.
Untuk putriku satu-satunya, Han Jinhee. Kamu sudah mengorganisir toko roti kita yang nggak ingin diurus semua orang sebab tergeser oleh kakakmu. Namun, saya menyaksikan bahwa kau sungguh bergairah dalam menjalankan tugasmu di sana. Karena itulah saya memberimu semua sahamku di Produk Penganan Hyowon. Namun, syaratnya, kau mesti mendapatkan konsultasi kejiwaan secara rutin.
Untuk menantu keduaku, Seo Hiso. Menantu yang bagus dan memberiku banyak tawa sesudah masuk ke tempat tinggal ini. Aku ingin kau sanggup terus merawat Hajun agar berkembang menjadi lelaki yang baik. Untuk mendukung masa depan kalian, saya memberimu 30.000 sahamku atas Perusahaan Perdagangan Hyowon.
Ji Young sedang di jalan. Ia nelpon Hyejin. Untuk putra bungsuku, Han Ji Young. Aku mohon maaf sebab nggak sanggup memberikanmu kasih sayangku secara adil. Aku menyalahkan diriku yang kelemahan rasa cinta dan kebaikan. Aku berharap kau nggak menjadi sepertiku dan sanggup menjadi cahaya di luar sana. Aku menganjurkanmu, Han Ji Young, untuk melakukan pekerjaan sukarela agar sanggup menuntut ilmu untuk menyayangi dan dicintai. Karena itulah saya memberimu posisi selaku eksekutif di Akademi Hyowon agar kau sanggup bertumbuh bareng dengan para murid di sana.
Untuk cucu tertuaku, Han Suhyuk. Aku memilihmu menjadi pewaris Grup Hyowon sesudah usiamu beranjak 30 tahun. Dari 308.000 saham yang kumiliki, saya akan memamerkan 150.000 saham kepadamu. Sedangkan 158.000 saham sisanya akan kusumbangkan terhadap warga Korea Selatan dengan cita-cita sanggup menolong pendidikan di sini.
Ji Young pergi meninggalkan rumah. Ia terlihat marah. Di rumah Hiso sanggup telpon nggak tahu dari siapa. Halo. Tenang. Aku nggak akan kalah. Ia kemudian mengkonsumsi apel di depannya.
Soyoung tiba untuk memberi tahu jadwalnya. Pertamanya ia menanyakan apa Hiso nggak papa? Hiso menanyakan maksudnya. Suamimu… . Soyoung nggak lezat bilangnya. Tapi Hiso tahu apa yang ingin dibicarakannya. Karena ia nggak terpilih selaku pewaris Hyowon? Soyoung. Manusia mesti senantiasa berhati baik. Itulah kebenaran dalam kehidupan. Orang jahat…nggak semestinya berkuasa. Apa jadwalku? Tanyanya.
Kepala Joo membagikan ponsel para pelayan. Setelah mendapatkan ponselnya, Yuyeon membaca pesan adiknya yang menanyakan kapan ia pulangnya. Pelayan lain menyaksikan isu dan memperoleh kalo Tian muda mereka sudah diseleksi menjadi pewaris Hyowon.
Saat sedang melakukan pekerjaan mengepel lantai, para pramusaji lain membicarakannya yang sudah menyerupai Cinderella. Lah mereka nggak tahu kalo Seohyun ada di belakang mereka. Cinderella sudah usang mati, mengapa masih disebut? Tanya Seohyun. Kedua pembantu itu kemudian pergi.
Setelah itu Seohyun menghampiri Yuyeon. Suhyuk sudah menjadi pewaris Hyowon. Apa kau tahu? Yuyeon mengiyakan. Seohyun melanjutkan kalimatnya. Saat ini saya bicara bukan selaku ibunya Suhyuk, melainkan selaku seseorang yang hidup lebih usang darimu. Kamu akan terus ketimbang Cinderella mulai dari sekarang. Orang-orang akan berharap sepatu kacamu secepatnya pecah. Apakah kau berani melawan semua persepsi dunia? Coba cek sendiri. Tak ada yang lebih bermanfaat dari dirimu. Aku berharap kau nggak memutuskan yang membuatmu terluka. Yuyeon mengangguk mengiyakan.
Ibu tiba ke tempat tinggal sakit. Ih, bukannya jenguk ayah malah ngambil kunci buat buka pintu berlian biru. Dia membuka brankasnya dan sandinya ternyata yakni ulang tahun Kim Mija, ibunya Ji Young. Padahal tadinya ibu mikirnya salah.
Jinho minum di ruang diam-diam ayah di ruang bawah tanah dengan ditemani fotonya ayah semasa muda yang sedang bareng Kim Mija. Gelas pertama. Ini untuk merayakan keputusan bijakmu sebab nggak memutuskan Ji Young selaku pewaris. Gelas yang kedua. Dan ini untuk amarah yang kurasakan sebab kau sudah menipuku. Dan sebotol penuh. Yang ini untuk Suhyuk. Untuk anakku, Suhyuk. Aku akan minum semuanya. Kesimpulannya, saya merasa kesal, namun juga berterima kasih. Itulah yang kurasakan.
Ji Young tiba ke kawasan itu lagi dengan tas sarat duit dan menyaksikan pertarungan. Setelah ia menjatuhkan uangnya, pertandingan pun di mulai. Ih saya ngeri lihatnya. Ji Young hingga teriak nyuruh mereka untuk saling bunuh. Oh Tuhan saya takut.
Ji Young sendiri terkenang masa kecilnya dimana ibunya bilang kalo ia semestinya nggak terlahir di dunia ini. Kalo kau berdarah keluarga Han, hidup kita niscaya akan berbeda. Kalo begini akhirnya, kau lebih baik tak perlu lahir ke dunia ini.
Seohyun menimbang-nimbang sesuatu di ruangannya. Sebelumnya ia sanggup telpon dari sekretarisnya. Apa kau sudah mencari tahu? Tanya Seohyun. Sekretarisnya pun memberi tahu apa yang ia dapatkan. Pak Ji Young meminta kontrak direksi untuk naik menjadi pimpinan. Seohyun menanggapinya dengan santai. Karena mereka sudah mengangkat gelasnya, kita juga mesti angkat gelas kita agar sanggup bersulang.
Apa rencanamu? Tanya sekretarisnya. Bacakan saja wasiat ayah mertuaku dalam rapat direksi. Mari kita lihat siapa yang jadinya menjadi pemenang. Putus Seohyun optimis.
MENYULANG DENGAN IBLIS
Suster Emma sanggup telpon. Halo. Dengan siapa ini? Tanyanya pada orang diseberang. Halo, namaku Han Jinhee. Aku yang mengirim pesan teks tadi. Han Jin-ho… . Kakakku bercerita tentangmu.
Begitu rupanya. Sambut suster Emma. Jinhee pun melanjutkan. Aku sedang diharuskan untuk memperoleh konsultasi kejiwaan. Ini sebab wasiat ayahku.
Lalu? Tanya suster Emma. Jinhee pun mengumumkan maksudnya. Aku ingin berkonsultasi denganmu saja. Kudengar untuk ongkos konsultasi akan didonasikan untuk yayasan di sana. Aku suka dengan hal tersebut. Kapan kau punya waktu? Aku ingin berkonsultasi secepatnya.
Suster Emma menolaknya. Jadwalku nggak memungkinkan ketika ini. Haruskah kukenalkan orang lain? Mendadak Jinhee malah marah. Apa kau menolakku sekarang? Hhh..ia menjajal untuk menahannya. Buat agar kau sanggup berjumpa denganku. Tolong luangkan waktumu.
Suster Emma beneran nggak bisa. Dengar. Aku seorang biarawati. Aku bukan psikolog khusus untuk keluargamu. Kamu juga tak boleh memperlakukan seseorang menyerupai ini. Kamu sungguh-sungguh nggak sanggup berempati dengan orang lain.
Jinhee membenarkan. Kamu berilmu membaca orang rupanya. Itulah masalahku, jadi, cepat dengarkan ceritaku! Suster Emma tetap nggak sanggup dan membentaknya balik. Sudah kukatakan saya nggak ada waktu!
Lah Jinhee malah jadi suka sama suster Emma gegara dibentak. Astaga, saya suka dia. Dia sungguh keren. Pujinya pada suster Emma.
Ibu membuka pintu berlian biru pakai kunci yang ia ambil dari kamar rawat ayah di rumah sakit. Lah ternyata berliannya sudah nggak ada. Makin terkejut lagi ketika ini tahu kalo ada ruang diam-diam lagi di sana.
Ibu turun dan kian murka ketika menyaksikan ada banyak foto Kim Mija di sana. Ia menjadi kalap dan melempar semua foto itu. Padahal Jinho sedang tidur di sana.
Mobil ambulans tiba ke tempat tinggal Hyowon. Kepala Joo menemui Seohyun. Sirene ambulans dimatikan. Dia akan dibawa ke bangsal Direktur di rumah sakit. Aku sudah memerintahkan para pembantu untuk tutup mulut, nggak usah khawatir.
Seohyun justru berpikir sebaliknya. Kamu nggak perlu memerintahkan mereka tutup mulut. Kalo terlalu ditutupi, niscaya akan bocor nanti. Mereka semestinya dibiarkan bergosip. Nantinya, akan ada banyak skandal perihal keluarga ini. Seohyun berbalik dan melanjutkan perkataannya. Kamu mesti menyeleksi dengan baik. Kepala Joo mengangguk mengiyakan.
Ji Young sedang menyetir. Ada yang nelpon. Ia menepi untuk menjawabnya. Lah itu kan ponsel 2G yang ditemuin sama pak Kim. Dan yang nelpon yakni lelaki yang rambutnya keriting yang mengambil tas berisi duit yang dijatuhin sama Ji Young.
Dia mengalami koma, Pak. Mereka berdua yakni kerabat kandung. Kata lelaki itu. Ji Young kayak nggak mau tahu. Itu perkara yang semestinya kau selesaikan! Pria itu bingung. Bagaimana caraku menyelesaikannya?
Berapa? Tanya Ji Young. Cari tahu jumlah yang mereka mau. Dan jangan pernah menghubungiku sebelum saya menghubungimu. [email protected]! Hadeuh Ji Young ngamuk-ngamuk. Dan lelaki itu ternyata lagi sama lelaki yang bertarung waktu itu.
Ibu nungguin Jinho di rumah sakit. Lah ternyata Jinho kena timpuk pas ibu ngamuk di ruang bawah tanah. Ibu gelisah banget. Dia hingga mondar-mandir nggak terang dan akhitjya pergi. Jinho yang setengah sadar memanggilnya tetapi ibu mengabaikannya.
Ternyata ibu ke ruangan ayah. Dia ngamuk-ngamuk di sana. Ayah dipukulin pakai tas dan bunganya dilempar-lempar. Ayah yang dadanya dipukul sama ibu menghasilkan detak jantungnya kian meningkat. Melihat ayah tersenyum malah menghasilkan ibu kian murka sama ayah. Dia menggigit tangan ayah kemudian pergi.
Hiso dan Seohyun sama-sama sedang bersiap. Keduanya pergi ke galeri Jinkyung. Apa para ipar sedang tur galeri hari ini? Tanya Jinkyung. Aku bahagia melihatnya. Seohyun tersenyum. Aku ingin menghadiahkan lukisan terhadap Hiso. Bukan dari galeriku, melainkan dari kawasan lain.
Maka, saya mesti rekomendasikan yang terbaik. Sambut Jinkyung. Ia kemudian mengajak keduanya menuju lukisan yang ia rekomendasikan. Bagaimana dengan yang ini? Tanya Jinkyung. Semuanya karya Suzy Choi, pelukis Korea yang kini tenar di Eropa Barat. Ini seri karya terbarunya. Judulnya Lima Revolusi. Aku mengusulkan yang ini. Silakan melihat-lihat.
Jinkyung pergi. Seohyun dan Hiso menyaksikan 5 lukisan itu. Bukankah luar biasa? Tanya Seohyun. Hiso mengiyakan dan membaca judul dari lukisan tersebut. “Nomor Satu, Hentikan: Lepaskan Korset Itu. Nomor Dua, Bebas Mencintai.” Nomor Tiga, Raih Keinginanmu. Nomor Empat, Teriakkan Pada Dunia. Nomor Lima, Hancurkan Sampai Kau Menang.
Hiso membaca perihal Suzy Choi, pemenang penghargaan Martin Jones tahun 2018. Kamu niscaya sungguh mengenalnya. Pikir Hiso. Seohyun bertujuan nrnghadiahjan lukisan itu buat Hiso. Hiso mengiyakan. Memang ada yang akan kuhancurkan. Kamu mau merusak apa? Tanya Seohyun. Kamu sendiri apa? Tanya Hiso balik.
“Pandangan dunia.”
Bersambung…