Drama Korea – Sinopsis Mine Episode 9 Part 3, Jika Kalian kesengsem dengan bacaan lengkap dari spoilernya ada di tulisan yang ini. Sedangkan goresan pena untuk Episode Sebelumnya ada disini.
Pak Kim yang sedang kendaraan beroda empat menyaksikan Ji Young sedang jalan sendirian. Matanya terlihat sedih. Pikirnya.
Lukisan yang Seohyun hadiahkan untuk Hiso sudah datang. Hiso memandangi nomor lima, Hancurkan. Ji Young pulang. Kapan kau akan menampilkan kamar bayi kita? Tanya Ji Young penasaran.
Sebentar lagi. Jawab Hiso. Mau makan di luar nanti? Tawar Ji Young. Hiso nggak bisa. Hari ini saya akan menolong yayasan. Kalo gitu, saya akan menenteng Hajun. Putus Ji Young. Aku yang mau menenteng Hajun. Kata Hiso. Aku ingin menampilkan ada banyak jenis orang di dunia ini. Aku juga akan memberitahunya bahwa nggak siapa saja lahir dengan keadaan yang sama. Ada anak yang terlahir tanpa ayah. Selain itu…ada juga anak yang ditinggal oleh ibunya.
Ji Young mengiyakan. Aku akan menghormati kemauanmu. Ia kemudian pergi. Ekspresi Hiso kembali berubah setelahnya.
Kepala Joo membagikan ponsel para pelayan. Jangan lupa kalo kita dihentikan mendengar keterangan apa pun di rumah ini. Walau dalam mimpi, kau akan dikeluarkan kalo mendengar sesuatu dan menghasilkan pengertian sendiri, kalian mengerti?
Semuanya kompak mengiyakan. Yuyeon menyela. Aku ingin mengajukan cuti besok. Kepala Joo mengiyakan dan Yuyeon berterima kasih.
Setelahnya kepala Joo melaporkannya pada Seohyun. Kurasa beliau cuti sehari untuk menghabiskan waktu bareng Tuan Muda. Apa jadwal Seongtae besok? Tanya Seohyun.
Kepala Joo kemudian memberitahukannya ke pak Kim. Jadi, besok, kau ingin saya mengikuti Tuan Muda Suhyuk? Begitukah maksudmu? Kepala Joo membenarkan. Jangan hingga ketahuan. Kamu tahu betapa cerobohnya dirimu?
Namun, mengapa kau menyuruhku? Tanya Pak Kim. Kepala Joo memintanya mendekat. Ngiranya mau ngapain malah kepalanya dibenturin. Karena saya mau kau melakukan pekerjaan dengan benar sekali saja. Kata kepala Joo kemudian meninggalkannya. Pak Kim mengeluhkan kalo pekerjaan menyerupai itu nggak cocok dengannya.
Hiso berjumpa dengan pengacara Choi. Aku minta daftar mantan pengacara Hyowon yang dipecat dalam dua tahun terakhir. Kurasa kau lebih baik nggak tahu alasanku memerlukan itu. Ini bukan sesuatu yang terlalu diam-diam hingga mesti kau ketahui, bukan? Tanya Hiso sambil mengambil cangkirnya.
Pengacara Choi mengiyakan. Kalo begitu, saya akan merencanakan dahulu. Hiso berterima kasih. Aku juga punya pertanyaan lain. Ketika kau memberi data mengenai Kang Jakyung kepadaku, mengapa kau memberikannya tanpa mengajukan pertanyaan pada suamiku dahulu?
Pengacara Choi menyatakan alasannya. Aku sudah melayani Direktur selama 17 tahun. Pertama, saya mesti menegaskan siapa pihak yang tepat. Maksudmu, kau memutuskan mendukungku… dibandingkan suamiku? Tanya Hiso. Aku menjadi penasaran. Pengacara Choi bekerjsama memihak siapa.
Kamu mesti menghormati impian Direktur. Pinta pengacara Choi. Seohyun mengiyakan. Rangkum analisis perusahaan, harga pasar, dan pemasaran tahun kemudian Hyowon E&M. Serahkan di kantorku besok pagi. Suruh Seohyun. Pengacara Choi mengiyakan.
Wasiat Ayah Mertua…pasti menjadi bom besar bagi Han Ji Young. Dia nggak pernah membayangkan wasiat itu akan secepatnya dibacakan. Pengacara Choi membenarkan. Bu Seo kemarin menemuiku. Dia minta daftar pengacara yang dipecat. Bolehkah kuberikan? Seohyun mengiyakan dan menyuruhnya untuk memberikannya. Pengacara Choi kemudian pamit. Aku akan memberitahumu apabila ada isu baru.
Seorang kurir mengirimkan surat. Pak Kim mengambilnya. Dari pengadilan Seongnam untuk Ji Young.
Ji Young pulang dan masuk ke ruang kerjanya. Ia menjajal untuk nelpon Hyejin tetapi nggak dijawab. Hiso datang. Kamu sanggup surat tuntutannya? Tanya Hiso. Ji Young berubah kesal. Mengapa beliau melaksanakan hal sebodoh ini?
Hiso santai. Dia ingin menghasilkan isu saja. Bukankah maksudnya menghasilkan publik tahu kalo beliau ibu kandungnya Hajun? Kita sanggup menghentikan isu tersebut. Pikir Ji Young. Hiso berpikir lain. Dia nggak mungkin gegabah dengan tujuan menyerupai itu. Kamu membuang cinta pertamamu, jatuh cinta dengan aktris, dan meniru ajal cinta pertamamu. Dia ingin menginformasikan dunia bagaimana beliau dibuang begitu saja.
Apa ada buktinya? Tanya Ji Young yakin. Dia ingin melawanku dengan media tanpa ada bukti apa pun? Hiso melarangnya untuk ikut campur. Menurutku yang penting dikala ini apakah saya berhak menjadi ibunya Hajun. Bukankah kita perlu pengacara? Aku akan mengurusnya.
Hiso mau pergi tetapi Ji Young menahannya. Apakah kau yakin? Bisakah…aku memercayaimu? Hiso menjajal untuk hening dikala berbalik. Itulah pertanyaanku kepadamu beberapa dikala lalu. Percayalah kepadaku. Harus.
Hiso keluar kemudian masuk ke ruangannya. Ia merasa sesak dan mengundang pak Kim. Tolong naikkan kadar oksigen hingga 45 persen. Aku agak kesusahan bernapas.
Pak Kim mengiyakan dan melakukannya. Nggak usang kemudian Hiso sudah merasa nyaman. Ia mengambil permen Kopiko dan mencicipinya sambil menertibkan nafas.
Yuyeon makan di luar bareng Suhyuk. Ini sundae, hati, dan paru. Suhyuk ragu apa semua itu sanggup dimakan? Yuyeon mengiyakan dan menyuruhnya untuk makan sundae dulu. Celupkan ke saus ini. Suhyuk memakannya dan ia sungguh menggemari rasanya.
Pak Kim ngintipin di luar. Hhh beliau terduduk. Aku tahu betapa nikmatnya itu. Dia sudah mengkonsumsi buah terlarang. Dia tak akan sanggup melalaikan rasa itu.
Sekretaris Seohyun menampilkan beberapa lukisan di tabletnya. Daftar impian gelombang gres oleh anonim. Seohyun menyukainya. Campurannya terlihat orisinal. Aku suka ini. Dari galeri mana?
Dipamerkan di Studio A9. Namun, nama pelukisnya anonim. Jawab sekretaris. Mungkin ada argumentasi tak mencantumkan nama. Pikir Seohyun. Aku kian penasaran. Aku akan ke sana sendiri. Nggak perlu beri tahu mereka. Sekretarisnya mengiyakan kemudian pergi.
Seohyun terus menyaksikan lukisan itu. Hari selanjutnya ia tiba ke sana. Sebuah lukisan deburan ombak yang saling terbalik mengingatkannya pada kenangannya bareng Suzy Choi.
Mendadak penduduknya datang. Ternyata begini cara menemuimu. Apa kabar? Tanyanya. Seohyun menatapnya. Sepertinya…nggak peduli seberapa pun saya menghindarimu, kita akan tetap bertemu.
Karena kita ditakdirkan berjumpa lagi. Kamu yang menghasilkan diriku menyerupai sekarang. Kamu memberiku inspirasi…dan semangat. Aku sanggup melukis sebab semangatmu, jadi, apa yang kucapai dikala ini, seluruhnya berkat dirimu.
Seohyun menggeleng. Aku…nggak berubah sama sekali. Aku masih penakut walau berlagak berani. Aku nggak sanggup melepas apa yang kumiliki. Aku nggak pernah melupakanmu, namun saya nggak ingin menemuimu lagi. Karena saya yakin…aku akan kembali…terombang-ambing olehmu.
Suzy Choi nangis. Aku merindukanmu. Apa kau bahagia? Seohyun melongo sesaat. Kukira…aku menyayangi lukisan, tetapi…aku salah. Aku cuma menikmati ingatan di saat melukis bersamamu. Aku nggak sanggup melukis lagi sehabis melepaskan dirimu. Aku memutuskan merindukan masa itu… dengan memandangi lukisan lain. Kamu…adalah lukisanku. Merindukanmu sudah menjadi keseharianku. Terima kasih. Untuk selama sisa hidupku, saya akan terus merindukan ingatan itu. Terima kasih.
Seohyun berlangsung melalui Suzy Choi. Mendadak Suzy Choi menahan tangannya.
Di rumah sakit ayah secara tiba-tiba membuka matanya.
Di kantor Ji Young sanggup telpon dari nomor nggak dikenal. Pak Han Ji Young dari Grup Hyowon. Apa kau meremehkan kami? Tanya orang itu. Ji Young sudah tahu siapa dia. Dari mana kau tahu nomorku? Tanyanya.
Orang itu yakni lelaki yang bertarung waktu itu. Dia sudah mati. Adikku sudah mati! Ji Young tertekan berat dan mematikan ponselnya.
Hyejin gres pulang. Ia turun sehabis memarkir mobilnya kemudian masuk lift. Akhirnya ia hingga di rumahnya. Nggak tahu kenapa lampu mati. Ternyata ada Ji Young di rumahnya. Han Ji Young. Mengapa kau di sini…
Ji Young tahu-tahu menyerangnya. Semuanya awut-awutan karenamu. Semuanya akan beres kalo kau mati. Pria itu juga sudah mati. Kamu mesti mati juga. Semuanya mati saja!
Hiso ada di luar. Ia menekan bel tetapi nggak ada jawaban. Hyejin yang mulutnya dibekap berupaya ngasih isyarat dengan menepuk-nepuk tangannya ke meja. Di luar Hiso nelpon Hyejin. Terdengar dering telpon di dalam. Kamu di dalam, bukan?
Ji Young lengah. Hyejin menggigit tangannya dan teriak. Han Ji Young. Han Ji Young! Berhenti! Cepat berhenti!
Ji Young yang berlumuran darah usai jatuh. Dia nangis.
Bersambung….