The Road : The Tragedy Of One Ep 1 Part 4

Drama Korea – Sinopsis The Road : The Tragedy of One Episode 1 Part 4, Cara pintas untuk mendapatkan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini. Cek juga episode sebelumnya disini.

Sebelumnya…

Soo Hyun di kamar sama Eun Soo Dia bilang beliau akan menghadiri program amal itu.

Eun Soo : Kau tidak menghadiri program menyerupai itu. Jangan berlebihan.

Soo Hyun : Jangan khawatir. Aku cuma perlu menyelesaikan sesuatu.

Eun Soo : Aku sungguh tidak tenteram orang akan membicarakannya.

Soo Hyun : Aku sanggup mengatasinya.

Eun Soo : Baiklah. Yeon Woo akan senang. Aku akan siapkan anak-anak. Bersiap dan bergabunglah.

Eun Soo beranjak dari kamar.

Begitu Eun Soo pergi, Soo Hyun menyidik ponselnya.

Eun Soo mendandani Yeon Woo. Dia menolong Yeon Woo memakai jas.

Tapi Yeon Woo nya terlihat tidak suka.

Eun Soo memuji Yeon Woo. Dia bilang Yeon Woo sungguh tampan.

Dan Jun Yeong cuma membisu memandang Yeon Woo dengan tatapan iri.

Eun Soo kemudian memandang Yeon Woo dan berdiri.

Eun Soo : Ibumu belum menghubungi?

Jun Yeong : Belum.

Eun Soo : Aku akan menjajal meneleponnya lagi.

Jun Yeong : Bisakah bibi tidak menghubunginya?

Eun Soo : Harus. Dia akan khawatir. Mari kita telepon dia.

Eun Soo keluar.

Jun Yeong duduk di bersahabat Yeon Woo. Lalu beliau bilang beliau iri sama Yeon Woo.

Yeon Woo : Apa? Tentang apa?

Jun Yeong : Karena ibumu yakni ibumu. Dan ayahmu yakni ayahmu.

Yeon Woo : Jangan konyol, Jun Yeong.

Cha Seo Yeoung, perempuan yang menemui Yeo Jin di dalam mobil, beliau ibunya Jun Yeong.

Seo Young sudah siap dengan gaun pestanya dan sudah berdandan cantik.

Seo Young yang masih duduk di depan meja rias, hendak menyalakan rokoknya, namun kemudian, Eun Soo menghubunginya.

Seo Young : Apa?

Eun Soo : Jung Yeong bareng kami. Dia terlambat.

Seo Young : Bawa dia. Katamu kita teman. Tidak bisakah seorang sobat melaksanakan itu untukku?

Eun Soo : Dia mesti memakai tuksedo.

Seo Young : Kau niscaya punya banyak. Pakaikan sesuatu dan bawa dia.

Eun Soo : Tapi…

Seo Young pastikan panggilan Eun Soo gitu aja.

Seorang lelaki masuk.

Pria itu tanya, kau akan pulang terlambat?

Sambil memakai antingnya, Seo Young mengiyakan.

Pria itu tanya lagi, kau akan kembali besok pagi?

Seo Young lagi-lagi mengiyakan.

Dan lelaki itu, Choi Nam Kyu, suami Seo Young.

Nam Kyu beranjak pergi.

Seo Young mengambil blazernya, kemudian mulai beranjak keluar kamar.

Tapi langkahnya terhenti dan beliau memandang ke suatu kamar.

Seo Young : Kau tidak akan berpamitan di saat orang cukup umur pergi!

Pintu kamar itu pun terbuka. Seorang gadis keluar. Gadis yang menyaksikan Seo Young dan Nam Kyu berciuman. Ternyata itu bukan putri mereka. Gadis itu mengundang Seo Young dengan panggilan ‘ajumma’.

Seo Young : Kau akan secepatnya masuk Ivy League.

Gadis itu bilang, tentu.

Seo Young : Itukah alasanmu terlibat masalah?

Gadis itu mulai sewot.

“Kenapa mengungkit yang sudah terjadi?”

“Kau tahu berapa ongkos menutupinya?”

“Kau akan temukan uangmu kembali. Apa salahnya memakainya lebih dahulu?”

Seo Young tertawa.

“Kau pikir ayahmu memihakmu? Benarkah? Bangun.”

Gadis itu memandang tajam Seo Young.

“Aku suka tatapan itu. Jangan cari masalah. Memalukan.” ucap Seo Young, kemudian pergi.

Gadis itu kembali ke kamarnya dan melemparkan bantal ke pintu.

Dia kesal, hidupku hancur.

Dia kemudian menyaksikan kotak putih di meja riasnya dan bermaksud membukanya.

Soo Hyun dan Eun Soo risikonya tiba di program amal itu.

Begitu turun dari mobil, Soo Hyun memandang Gi Tae yang sedang menyambut tamu dengan tatapan tidak suka.

Lalu beliau menoleh ke Eun Soo yang sedang mengorganisir Jun Yeong.

Eun Soo menampilkan Jun Yeong kalung.

Eun Soo : Jangan hingga hilang. Mengerti?

Jun Yeong : Terima kasih.

Yeon Woo lantas mengajak Jun Yeong jalan duluan.

Eun Soo mengikuti dari belakang.

Mereka berlangsung ke arah Gi Tae.

Gi Tae bahagia menyaksikan anak dan cucunya sudah datang.

Tapi kemudian beliau terkejut menyaksikan Soo Hyun juga datang.

Gi Tae : Kukira kau tidak sanggup datang. Bagaimana kau sanggup datang?

Soo Hyun : Apakah seorang suami butuh argumentasi untuk menemani istrinya?

Gi Tae : Jawaban yang bijak untuk pertanyaan yang bodoh. Keluarga tidak perlu argumentasi untuk berkumpul. Bukan begitu, Yeon Woo-ya?

Yeon Woo : Ya, kakek.

Gi Tae : Dia menyerupai denganku di saat bertambah besar.

Seo Young datang.

Seo Young : Lama tidak bertemu, Pak.

Gi Tae : Bu Cha. Kau terlihat lebih muda sejak kali terakhir kita bertemu.

Seo Young : Benarkah? Aku tersanjung.

Seo Young kemudian memandang Eun Soo dan berterima kasih dan mendekati Jun Yeong.

Gi Tae bilang, semestinya bawah umur dan perempuan yang masuk lebih dulu.

Eun Soo dan lainnya masuk duluan.

Tinggal lah Soo Hyun dan Gi Tae.

Mereka memandang Seo Young.

Gi Tae : Dia serakah sekali, bukan?

Soo Hyun : Memang yang datang di sini malam ini tidak menyerupai itu?

Gi Tae : Di mana Kim Seok Pil?

Soo Hyun : Haruskah kujawab?

Gi Tae : Lupakan saja. Kita mesti bertaruh siapa yang menemukannya lebih dahulu.

Soo Hyun pede, saya tidak bertaruh untuk permainan yang mau kumenangkan. Aku menolak.

Gi Tae : Kau percaya diri, ya? Baiklah, kalau begitu.

Gi Tae masuk.

Tanpa Soo Hyun sadari, Seok Pil menatapnya dari jauh.

Seok Pil kesal, beraninya kau!

Seok Pil kemudian mematikan beberapa puntung rokok yang sudah dihisapnya.

Eun Soo duduk semeja dengan ibu tirinya.

Seorang perempuan bergaun kuning tiba menyapa ibu tiri Eun Soo.

“Astaga, Direktur. Kau memesona.”

“Terima kasih. Kau sudah mendapatkan hadiahnya?”

“Ya, di rumah Pimpinan.”

Lalu ibu tiri Eun Soo pergi menyapa menteri.

“Astaga. Pak Menteri dan istrimu yang terhormat, bukan?”

Sementara si perempuan bergaun kuning menghampiri Anggota Dewan Hwang yang mau minum.

Dia murka dan menghentikan Anggota Dewan Hwang yang mau minum.

Anggota Dewan Hwang kesal. dan beranjak pergi.

Eun Soo heran sendiri melihatnya.

Yeon Woo : Dunia Yeon Woo. Malam ini juga indah. Itu salju, bukan?

Mereka memandang bola beling salju yang ada di depan mereka.

Yeon Woo : Jadi, di sana senantiasa animo dingin?

Eun Soo : Bisa jadi kelopak bunga jikalau animo semi.

Yeon Woo : Kalau begitu, itu animo panas, itu pancuran air. Bagaimana menurutmu?

Eun Soo : Ibu juga merasa itu animo panas. Tapi itu bintang.

Yeon Woo : Kenapa?

Eun Soo : Kau lahir di animo panas. Sejak di saat itu, dunia ibu senantiasa bersinar.

Yeon Woo : Bisakah ibu tidak mengatakannya? Itu sanggup membuatku dirundung.

Ponsel Eun Soo berdering.

Telepon dari galeri, namun Eun Soo tidak menjawabnya.

Seo Young tiba-tiba menghampirinya.

Seo Young : Ada telepon yang tidak mau kau jawab? Aku akan menemanimu hingga Soo Hyun datang.

Seorang perempuan tiba dan mengucapkan selamat pada Eun Soo.

Setelah itu, beliau menyapa Seo Young dan mengenalkan diri.

“Aku Go Yeon Joo, kepala editor The Casa. Sudah usang tidak bertemu.”

“Aku tidak percaya kita berjumpa di sini menyerupai ini.”

Seo Young pergi bareng Yeon Joo.

Yeon Woo bilang ke Eun Soo kalau beliau tidak menggemari Seo Young.

Eun Soo memberi isyarat, biar Yeon Woo diam.

Soo Hyun sendiri berkeliaran di dalam, mencari Seok Pil.

Tapi beliau gak mendapatkan Seok Pil.

Soo Hyun keluar dan menjajal mengontak Seok Pil.

Tapi ponsel Seok Pil malah gak aktif.

Soo Hyun berbalik dan mendapatkan Anggota Dewan Hwang tengah menatapnya.

Soo Hyun : Silakan masuk. Konferensi pers akan secepatnya dimulai.

Anggota Dewan Hwang : Kau tahu apa hal terbaik wacana rakyat Korea? Kau tahu? Mereka semua pintar. Pintar sekali. Namun, mereka semua memiliki Gangguan Pemusatan Perhatian. Jika ada hal lain yang meledak, mereka akan melupakannya. Mereka juga akan melupakanku.

Soo Hyun : Akan kupastikan kau tidak dilupakan.

Soo Hyun mau masuk, namun ditahan Anggota Dewan Hwang.

Keduanya pun saling bertatapan tajam.

Anggota Dewan Hwang : Lihat saja nanti. Sesuatu yang besar akan meledak.

Anggota Dewan Hwang pergi dengan mobilnya dan meninggalkan sopirnya.

Gi Tae mengawali pidatonya.

Gi Tae : Pernah dengar pepatah itu? Mereka bilang jikalau kita memiliki Royal Hill-gate, jam Korea akan berhenti. Itu bermakna kalian semua memainkan kiprah penting di negara ini. Katanya, kita terlalu bersembunyi dan punya banyak rahasia. Mereka terus mengeluh. Karena itu, Royal Hill meniadakan semua kamera pengawas, kecuali di gerbang depan.

Soo Hyun duduk bareng anak-istrinya, namun beliau nampak galau lantaran belum mendapatkan berkas asli.

Gi Tae menyapa komisaris polisi yang tadi disapanya di depan aula.

Gi Tae : Halo, Komisaris. Maafkan aku. Aku ingin tidak terlihat.

Si komisaris tertawa.

Gi Tae : Aku merenungkan apa yang mesti kulakukan biar lebih transparan dan menghasilkan surat wasiat baru-baru ini.

Sontak lah, wajah ibu tiri Eun Soo pribadi berubah mendengar itu.

Gi Tae : Orang menyerupai kita mesti mewariskan dan memisahkannya lebih dahulu untuk meminimalisir pajak nanti. Benar, bukan?

Ibu tiri Eun Soo memandang tajam Eun Soo.

Dia takut kalau Eun Soo lah yang mau memperoleh warisan Gi Tae.

Gi Tae : Putriku, Seo Eun Soo, ingin memakai pekerjaannya untuk menolong pengembangan bakat. Silakan buka dompet kalian. Ya?

Semua menampilkan applause.

Gi Tae lanjut pidato.

Si ibu tiri masih saja memandang tajam Gi Tae.

Gi Tae : Memang benar keluarga kami mendapatkan lumayan banyak perhatian. Namun, di saat menyaksikan mereka, kau ingin membunuh mereka. Tapi jikalau tidak menyaksikan mereka, kau akan merindukan mereka. Kau ingin meningkatkan bahkan hal terkecil dengan mereka. Itulah keluarga. Begitulah setidaknya bagiku. Itu sebabnya menantuku hadir hari ini. Silakan memberinya tepuk tangan hangat.

Soo Hyun memandang Gi Tae dengan tatapan tak suka.

Gi Tae kemudian mengangkat gelasnya tinggi-tinggi.

Gi Tae : Baiklah. Ini untuk pengembangan bakat. Bersulang.

Pidato selesai.

Moon Do tiba dan membisiki sesuatu ke Gi Tae.

Soo Hyun melihatnya.

Moon Do dan Gi Tae pergi.

Soo Hyun pribadi bilang ke Eun Soo, kalau beliau mau ke toilet.

Soo Hyun juga berpesan ke Yeon Woo biar tetap bareng Eun Soo.

Soo Hyun pergi.

Yeon Woo menyaksikan Jun Yeong sendirian.

Yeon Woo : Itu Jun Yeong. Ibu. Boleh saya ke sana?

Eun Soo : Tapi kalian mesti tetap dekat.

Yeon Woo pun pergi menghampiri Jun Yeong.

Si ibu tiri mengambil gelas berisi koktail, kemudian mendekati Eun Soo.

Soo Hyun mengontak Seok Pil.

Seok Pil : Kau punya kendaraan beroda empat baru, KTP baru, dan duit tunai 100.000 dolar?

Soo Hyun : Ya.

Seok Pil : Sudah kuduga. Pimpinan Seo bilang akan butuh satu jam.

Seok Pil sendiri ada di balkon.

Soo Hyun : Jangan pertaruhkan nyawamu untuk respon yang salah. Kau sanggup menghilang tanpa jejak.

Seok Pil : Jangan pertaruhkan nyawamu untuk respon salah. Putramu juga sanggup menghilang tanpa jejak.

Soo Hyun : Pilih saja. Ini akan menjadi taruhan atau permainan?

Seok Pil : Aku juga penasaran. Aku akan memberi tahu hasilnya dalam satu jam. Teruslah cemas.

Seok Pil mutusin panggilan Soo Hyun.

Soo Hyun resah.

Seok Pil mau pergi,, namun orang-orang Gi Tae tiba dan mengepungnya.

Seok Pil mau kabur, namun beliau sukses ditangkap orang-orang Gi Tae.

Moon Do muncul.

Seok Pil mendorong orang-orang yang memeganginya kemudian kabur dengan memanjat pagar belakang.

Moon Do menyaksikan Seok Pil kabur dan mengumpat.

Eun Soo bareng ibu tirinya di dalam aula.

“Kau sudah tahu, bukan?” tanya ibu tiri.

“Apa?”Eun Soo mengajukan pertanyaan balik.

“Wasiat itu.” jawab ibu tiri.

“Tidak ada yang sanggup kukatakan kepadamu soal itu. Nikmati waktumu di sini.” ucap Eun Soo.

Eun Soo mau pergi namun tangannya dicengkram ibu tiri.

Eun Soo kaget.

Soo Hyun mendapatkan puntung rokok di tempat pertama kali Seok Pil berdiri tadi.

Dia pun bergegas mencari Seok Pil.

Ibu tiri marah, apa kata Pimpinan? Dia akan memberimu dan Yeon Woo semuanya?

Eun Soo : Lepaskan!

Si ibu tiri menyiramkan koktail ke baju Eun Soo.

Dia juga menjatuhkan gelasnya.

Soo Hyun tiba dan menolong Eun Soo.

Soo Hyun : Apa yang kau lakukan?

Ibu tiri : Jangan ikut campur. Kau dikeluarkan dari wasiat.

Soo Hyun : Jika kau sungguh menginginkannya, cari dan bakarlah. Berhentilah bersikap menyerupai perempuan murahan.

Soo Hyun melepaskan cengkramannya.

Lalu Soo Hyun melepas jas nya dan menutupi belahan baju Eun Soo yang berair dan menenteng Eun Soo pergi.

Eun Soo : Uruslah yang mesti kau kerjakan. Jangan hiraukan aku.

Eun Soo mengembalikan jas Soo Hyun.

Soo Hyun : Kau baik-baik saja?

Eun Soo : Aku mesti kembali terhadap Yeon Woo, nanti juga ada wawancara. Aku akan pergi dan kembali setelah berubah pakaian.

Soo Hyun : Hati-hati di jalan.

Eun Soo : Jangan khawatir. Kau juga berhati-hatilah.

Eun Soo pergi duluan.

Setelah Eun Soo pergi, Soo Hyun barulah pergi.

Dia keluar dan mengedarkan pandangannya mencari Seok Pil.

Dari kejauhan, beliau menyaksikan seorang lelaki menyerupai lagi gendong anak.

Soo Hyun pergi dan melalui jalan tempat Seok Pil nyaris ditangkap tadi.

Dan beliau menyaksikan pot tanaman yang jatuh.

Si ibu tiri ke gudang Gi Tae. Dia membuka brankas Gi Tae yang berisi duit dan batangan emas dan mencari surat wasiat Gi Tae.

Tak lama, beliau menemukannya.

Dan beliau membaca belahan untuk Jung Wook.

Dia marah, saya tidak akan membiarkan orang lain mengambil milikku. Akan kubunuh mereka semua.

Dan beliau pun beranjak pergi.

Tanpa beliau sadar, istri Anggota Dewan Hwang melihatnya.

Anak-anak sedang bermain PS.

Eun Soo tiba dan tanya dimana Yeon Woo.

Teman Yeon Woo bilang, Yeon Woo sudah pulang dan Yeon Woo bareng lelaki aneh.

Eun Soo pribadi ingat sama kado yang ia terima. Dia pribadi cemas dan pergi.

Soo Hyun masih keliaran mencari Seok Pil.

Lalu Seok Pil menghubunginya.

Seok Pil : Dasar pengkhianat. Kau sudah berupaya menjebakku dengan hal yang tidak kulakukan, kini bahkan berupaya menculik dan membunuhku?

Soo Hyun : Katakan saja kau di mana.

Seok Pil : Aku akan meledakkan diri. Tunggu saja.

Soo Hyun kesal, Yoon Dong Pil!

Pembicaraan terputus.

Eun Soo melajukan mobilnya dan coba mengontak Yeon Woo, namun tidak di jawab.

Tak lama, Eun Soo tiba di rumah.

Soo Hyun terus mencari Seok Pil.

Tak lama, beliau berpapasan dengan suatu mobil.

Lalu lampu di sekitarnya padam dan beliau mendengar bunyi tabrakan.

Ponsel Soo Hyun berbunyi lagi.

Telepon dari Eun Soo kali ini.

Soo Hyun : Sayang, kau dimana?

Eun Soo nangis, Yeon Woo-ya, Yeon Woo-ya…

Soo Hyun pribadi pulang dan mendapati Eun Soo nangis cemas di dapur.

Soo Hyun : Di mana ponsel Yeon Woo?

Eun Soo : Ada di kamarnya. Dia niscaya lupa membawanya.

Soo Hyun : Aku akan hubungi semua temannya.

Eun Soo : Aku sudah melakukannya.

Eun Soo histeris. Dia teringat traumanya. Ternyata dahulu mereka pernah kehilangan anak mereka.

Eun Soo : Aku tidak mau kehilangan apa pun lagi.

Soo Hyun pun memutuskan itu takkan terjadi lagi.

Soo Hyun masuk ke kamar mereka dan mendapati kamar berantakan.

Soo Hyun kemudian dihubungi seseorang.

“Mulai sekarang, saya ingin kau menuruti perkataanku.”

Soo Hyun sadar itu bukan bunyi Seok Pil.

Terdengar narasi Soo Hyun.

“Perasaan buruk tidak pernah salah. Mimpi buruk senantiasa terwujud. Yeon Woo diculik.”

Si penculik mengancam akan membunuh Yeon Woo jikalau Soo Hyun tak menurutinya.

Dari belakang, Eun Soo timbul dan memandang Soo Hyun.

Tak lama, Eun Soo jatuh pingsan.

Soo Hyun di dalam kendaraan beroda empat sekarang.

Hujan turun sungguh deras.

Si penculik minta tebusan.

“Putramu akan mati jikalau kau mengontak polisi. Totalnya tiga juta dolar. Pertama, kirimi kami 2,5 juta dolar melalui mata duit kripto. Kami akan menyerahkan putramu di saat mendapatkan sisa 500.000 dolar secara tunai.”

“Aku butuh lebih banyak waktu.”

“Ini soal membangun kepercayaan. Turuti perintahku atau kau akan menyaksikan jasadnya.”

“Aku ingin memutuskan putraku baik-baik saja dahulu. Sambungkan dengannya.”

“Ini problem sepele. Jangan memperumit keadaan. Yang dikehendaki cuma uang.”

“Berikan teleponnya kepadanya.”

“Dia di tempat yang aman.”

“Apa istilah Yeon Woo untuk bola salju ibunya? Tanya Yeon Woo. Saat itulah saya akan mulai memercayaimu.”

Telepon terputus.

Soo Hyun makin cemas dan takut.

Tak usang ponsel Soo Hyun bunyi lagi.

Soo Hyun : Beri saya respon sekarang.

Si penculik bilang, Dunia Yeon Woo. Dia punya ibu yang hebat. Periksa pesanmu.

Sontak lah, Soo Hyun pribadi nangis.

Pembicaraan selesai. Soo Hyun pun melajukan mobilnya.

Soo Hyun tiba meminta tunjangan Gi Tae.

Tapi… Gi Tae menolak menolong Soo Hyun tanpa imbalan.

Soo Hyun : Kita tidak memiliki waktu.

Gi Tae : Itu masalahmu, bukan masalahku.

Beberapa orang tiba menenteng lukisan.

Gi Tae : Astaga, saya tidak tahu banyak wacana seni. Tapi kurasa sang artis ingin mengekspresikan bahwa sekeras apa pun usahanya, kita tidak sanggup melepaskan diri sendiri. Kirimkan uangnya.

Orang2 itu kemudian keluar menenteng kembali lukisan itu.

Gi Tae : Aku pebisnis sejati. Jika saya memberimu uang, apa imbalannya?

Soo Hyun : Kau ingin menghasilkan perjanjian dengan nyawa cucumu?

Gi Tae : Krisismu yakni peluang bagiku.

Soo Hyun : Mari pribadi ke intinya. Kau ingin melepaskan laporan lanjutannya?

Gi Tae : Kita berdua sepakat untuk melakukannya hingga akhir. Kau sudah melaporkan beritanya, jadi, kita tidak sanggup mengubahnya. Aku akan memakai peluang ini untuk menyingkirkan Hwang Tae Seob. Sebagai gantinya, kau calonkan diri untuk daerah penyeleksian setempat.

Soo Hyun : Itu saja cukup?

Gi Tae : Aku berharap kau juga menyingkirkan keyakinanmu.

Soo Hyun : Sepakat.

Gi Tae : Aku mengagumi kasih sayang ayahmu Baik. Uang kuberikan begitu kau menandatangani perjanjiannya.

Soo Hyun : Itu cukup?

Gi Tae : Ya.

Soo Hyun : Sebagai gantinya, saya akan memakai dua bulan sisanya untuk memotongmu, dari kepala hingga kaki.

Gi Tae : Tentu. Mari kita lihat bagaimana hasilnya.

Soo Hyun pun pribadi bergegas pergi menenteng uangnya.

Tanpa beliau sadar, si ibu tiri mengintipnya.

Si penculik mengontak Soo Hyun.

“Aku sudah mendapatkan bayaran mata duit kripto.”

“Kenapa kau melaksanakan ini? Karena laporan info itu? Itukah alasannya?”

“Salahkan dirimu, ini semua kesalahanmu.”

“Pastikan saja putraku tetap hidup. Aku tidak menghiraukan siapa kau sekarang.”

“Kau tidak pernah ragu. Periksa alamatnya. Satu jam dari sekarang.”

“Jika seandainya sesuatu terjadi pada Yeon Woo, kupastikan seluruh dunia mengejarmu. Ingat itu.”

“Kali ini, kau tidak akan mengkhianatiku, bukan?”

Sebuah kendaraan beroda empat membuntuti Soo Hyun.

Soo Hyun sampe di lokasi.

Tapi si penculik bilang beliau merubah lokasi lantaran Soo Hyun diikuti

Soo Hyun : Itu bukan polisi.

“Aku tahu. Tenggatnya sama. Periksa alamat barunya.”

Soo Hyun bergegas.

Dalam perjalanan, Soo Hyun teringat janjinya dengan Yeon Woo kalau mereka akan latian bisbol bersama.

Soo Hyun pun mulai panic.

Dia kemudian meminum obatnya dan menangis.

Soo Hyun tiba di lokasi.

Dia bergegas menaiki tangga bangunan dan mencari Yeon Woo.

Tapi lantaran gelap, beliau terjatuh dari tangga dan tak sadarkan diri.

Seseorang sudah melacak ponsel Soo Hyun.

Ternyata, Eun Soo. Eun Soo bilang beliau mengendalikan ponsel mereka biar sanggup saling melacak.

Eun Soo : Itu artinya kau di sana bersamaku.

“Pukul 2.15 pagi, 3 jam 30 menit setelah bencana itu”

Eun Soo mengontak polisi.

Soo Hyun dibawa ke ambulance.

Sekarang, Soo Hyun sudah di rumah sakit.

Soo Hyun sadar dan mendapati Eun Soo disampingnya.

Soo Hyun : Di mana Yeon Woo?

Eun Soo menggeleng.

Soo Hyun bangun. Dia mau mencari Yeon Woo dan percaya si penculik akan menghubunginya lagi, namun dua detektif datang.

Soo Hyun terkejut menyaksikan detektif datang.

“Lama tidak bertemu.” ucap si detektif.

“Mari berbincang-bincang nanti.” jawab Soo Hyun.

Soo Hyun mau pergi namun tidak boleh detektif.

Detektif kemudian menghasilkan panggilan.

“Ini Shim Seok Hoon. Di mana?”

Soo Hyun memandang Seok Hoon.

Seok Hoon melongo memandang Soo Hyun.

Melihat raut wajah Seok Hoon, tangis Soo Hyun pecah.

Bersama Seok Hoon, Soo Hyun dan Eun Soo bergegas ke lokasi Yeon Woo.

Si penculik mengontak Soo Hyun lagi.

“Seharusnya kau tidak mengontak polisi.”

Soo Hyun dan Eun Soo tambah kalut.

Begitu hingga disana, Soo Hyun pribadi turun dan mencari Yeon Woo.

Seok Hoon dan rekannya, ikut turun dan cuma sanggup melongo miris memandang Soo Hyun yang kalut.

Tak lama, Soo Hyun menyaksikan garis polisi terpasang.

Dia pun pribadi lari ke sana.

Melihat itu, Seok Hoon menyusul Soo Hyun.

Seok Hoon : Soo Hyun!

Setibanya di sana, Soo Hyun menyaksikan tim forensik sedang bekerja.

Sontak beliau syok.

Soo Hyun ingin menyaksikan Yeon Woo nya, namun dihalangi petugas.

Soo Hyun marah, lepaskan aku!

Soo Hyun terus memberontak, hingga risikonya beliau jatuh.

Tangis Soo Hyun makin pecah menyaksikan jasad Yeon Woo.

Bersamaan dengan itu, suatu cangkir pecah.

Istri Anggota Dewan Hwang melongo menyaksikan Anggota Dewan Hwang yang pulang berair kuyub dan sarat lumpur.

Gi Tae tengah memandang lukisannya.

Eun Soo tiba ditemani petugas.

Eun Soo pribadi lari ke Soo Hyun begitu menyaksikan Soo Hyun.

Dia histeris.

Soo Hyun yang sedang berduka, kemudian menyaksikan suatu kamera disamping jasad.

Dan beliau ingat itu kamera yang diberikan Eun Soo ke Jun Yeong.

Ternyata yang dikalungkan Eun Soo ke leher Jun Young yakni kamera, bukan kalung.

Kamera menyorot jasad anak kecil itu.

Ternyata korbannya Jun Yeong!! *Omo..

Si penculik kembali mengontak Soo Hyun.

Gi Tae masuk ke kamarnya.

Dia memandang Yeon Woo yang tengah tertidur di kasurnya.

Bersambung…………

Red Shoes Ep 13 Part 2

Drama Korea – Sinopsis Red Shoes Episode 13 Part 2, Cara pintas untuk mendapatkan spoilers lengkapnya ada di tulisan yang ini. Cara lain un...